Read Time:2 Minute, 34 Second
GAZA – Ahad yang tenang berubah kelam di salah satu sudut Kota Gaza, tepatnya di wilayah Khan Younis, perbatasan paling timur Gaza, bersekat langsung dengan Israel. Di tapal batas ini, Ahad (11/11) dikabarkan sedikitnya tujuh warga Palestina wafat akibat sebuah serangan dari pasukan mata-mata militer Israel. Serangan dilancarkan dengan sembunyi-sembunyi, militer Israel diketahui menyamar sebagai warga sipil, masuk ke dalam Gaza.
Merunut kronologi yang dituliskan oleh laman Al-Jazeera, Ahad (11/11) kemarin, satu kelompok militer Israel menyamar dalam sebuah mobil sipil di dalam wilayah Khan Younis, Gaza. Dalam senyap di malam hari, mereka melakukan serangan fatal dan mematikan. Serangan menyasar kepada salah satu pemimpin Hamas, sebuah kelompok sipil yang berbasis di Gaza.
Usai melancarkan serangan fatal tersebut, berturut-turut gempuran udara datang dari wilayah Israel ke arah Khan Younis, Gaza. Dentuman misil dari udara itu sengaja dilakukan untuk meloloskan mobil mata-mata Israel usai membunuh salah satu pemimpin Hamas.
Seorang warga Khan Younis kepada Al-Jazeera mengatakan, usai pembunuhan dalam senyap itu, jet tempur Israel tampak berkali-kali melepaskan misilnya mengarah langsung ke Khan Younis. Serangan udara di malam hari itu kembali membunuh beberapa warga Gaza yang berada di sekitar perbatasan. Beberapa bangunan umum di sekitar Khan Younis dikabarkan ambruk setelah diterjang misil.
Tensi di Gaza terus menegang
Sudah dimulai sejak 30 Maret silam, saat pertama kali ketegangan antara warga Gaza dan Serdadu Israel terus memanas. Protes dilakukan hampir setiap pekannya oleh warga Gaza di sepanjang perbatasan. Pemicunya adalah satu hal; demonstrasi menuntut hak atas tanah dan kemerdekaan jutaan warga Gaza yang terusir dari tanahnya sendiri, 70 tahun silam.
Tidak hanya itu, tuntutan warga Gaza pun berlaku untuk berakhirnya blokade total atas wilayah mereka. Lebih dari satu dekade, dua juta jiwa warga Gaza melanjutkan hidup dalam kondisi serba terbatas dan ekonomi yang anjlok sepanjang tahun. Sejak tahun 2007, blokade Israel berlaku di darat dan laut, mengurung Gaza dari semua sisinya.
Sejak bermula 30 Maret silam, demonstrasi berdarah di sepanjang tapal batas Gaza dan Israel sudah melukai lebih dari 18.000 warga. Peluru tajam, roket juga artileri berat lain yang diluncurkan Militer Israel pun telah membunuh sedikitnya 214 warga Palestina. Hampir setiap pekannya, kabar duka dari wafatnya satu-dua orang lagi warga Gaza terus memenuhi media-media internasional.
Serangan udara di Khan Younis Ahad (11/11) kemarin, menjadi serangan paling baru yang dilakukan terang-terangan mengarah ke bangunan sipil warga Palestina. Menilik foto-foto dampak serangan udara yang diwartakan oleh Kantor Berita Reuters, tampak bangunan rumah-rumah di Khan Younis ambruk dihantam misil dari jet tempur Israel.
Sementara itu, dari Gaza yang terkepung, mitra Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang berbasis di Gaza masih tak berhenti menyuplai kebutuhan pokok warga Gaza, berupa bahan pangan dan air bersih.
Andi Noor Faradiba dari Global Humanity Response ACT menuturkan, dukungan masyarakat Indonesia untuk Gaza terus bergulir setiap hari.
“Alhamdulillah, Dapur Umum – ACT sudah hadir kembali di Gaza sejak akhir Oktober lalu. Makanan siap santap menemani para pejuang aksi demonstrasi Great Return March. ACT berharap bisa membersamai mereka hingga lama, tidak hanya satu minggu ini saja, mungkin satu bulan ke depan, insya Allah,” pungkas Faradiba. [] Shulhan Syamsur Rijal
Happy
0
0 %
Sad
0
0 %
Excited
0
0 %
Sleepy
0
0 %
Angry
0
0 %
Surprise
0
0 %
Average Rating