Instalasi Teknologi dalam Balutan Estetika

Instalasi Teknologi dalam Balutan Estetika

Read Time:3 Minute, 2 Second

Instalasi Teknologi dalam Balutan Estetika
Karya seni teknologi berbeda dari karya-karya seni lainnya. Tak hanya menyuguhkan keindahan, pengunjung juga diberi pengetahuan perkembangan teknologi dari masa ke masa.

Robot kuning berdiri nan gagah seolah menyapa selamat datang bagi para pengunjung saat menginjakkan kaki di depan gedung. Alih-alih segera melanjutkan perjalanan masuk, langkah kaki berhenti dan kembali memerhatikan sang robot. Tubuh kuning nan kokoh itu seakan meminta pengunjung tuk memotret dirinya. ‘Cekrek,’ seketika potret robot berhasil memenuhi layar gawai seorang pengunjung.

Sedikit demi sedikit menjauh dari sang robot, pengunjung dihadapkan dengan jembatan unik penghubung antara ruang gelap dengan lobi gedung. Jembatan kayu itu kembali menyita langkah kaki pengunjung tuk berhenti berjalan. Dihiasi dengan tiang-tiang penyangga, jembatan tersebut juga berhasil menjadi spot foto yang cantik.

Foto seseorang yang sedang memakai seragam astronout dipampang dalam pigura vertikal tepat di depan jembatan. Alunan instrumen tiba-tiba mengejutkan telinga pengunjung tatkala memerhatikan sang astronout, dan suara tersebut berasal dari layar besar yang dipasang beberapa langkah dari pigura. Warna merah muda menghiasi layar dalam vidio gedung-gedung tinggi yang diputar.

Instrumen lain memekakkan telinga, suara orang berbicara dalam vidio membuat pengunjung segera ingin mengetahui dari mana sumber suara berasal. Suara tersebut berasal dari ruangan gelap yang memutar vidio berupa kartun orang-orang Indian. Cuplikan dalam vidio The Peacemakers Returnmenampilkan seorang perempuan muda menjelajahi angkasa untuk bertemu dengan sosok Peacemakers.  Hal itu ia lakukan demi memberantas ketidakadilan di dunia ditemani oleh diplomat.

Usai menonton vidio, pengunjung disuguhkan karya instalasi ‘Berpikir Secara Magis’ yang menghadirkan rangkaian gambar, teks, beserta audio yang bertemakan agama, sains dan teknologi. Besar dalam keluarga pemeluk agama Islam, membuat sang kolektif seniman ini menelusuri keterhubungan antara kisah para nabi, dan penemuan ilmuan muslim di zaman keemasan. Dihadirkan dalam hibrida museum-pasar loak, setiap artefak yang dipamerkan dalam rak, berkesinambungan.

Saat kaki melangkah lebih jauh dalam pusaran gedung, terlihat kurator tengah menjelaskan karya agung seniman asal Australia Stelarc yang kerap kali melakukan eksperimen dengan tubuh manusia. Stelarc berhasil mencangkok sel daun telinga manusia pada lengannya dengan mikrofon yang tersambung internet. Pengunjung terheran-heran mendengar penjelasan sang kurator. “Itu ia lakukan agar orang lain bisa mendengar apa yang ia dengar,” sambung kurator yang tengah mengutarakan karya Ear on Arm milik Stelarc, Minggu (3/11).

Seniman Stelarc memodifikasi tubuhnya sedemikian rupa sehingga ia bisa melampaui batasan hukum alam. Selain karya Ear on Arm, ia juga berhasil membuat karya bernama Stickman. Dalam karya Stickman, Stelarc menyambung tubuhnya dengan kerangka baja yang dikendalikan dalam algoritma. Dalam dirinya batasan antara fiksi dan non-fiksi menjadi lebur, ini memberi pesan pada kita bahwa masa depan sudah terjadi.

Tak kalah dengan seniman asal Australia tersebut, karya kolaborasi seniman Indonesia Rega Rahman dan Bandu Darmawan juga menakjubkan pengunjung. Pasalnya karya kolaborasi mereka berangkat dari riset tentang Sudjana Kerton seorang pelukis Indonesia yang mengaku pernah diculik alien. Dalam kertas yang memuat berita Sudjana Kerton, ketika kertas tersebut discan oleh suatu alat, alat berhasil menangkap teks, namun tidak berhasil memuat gambar Sudjana Kerton. Hal ini membuat pengunjung seakan percaya bahwa berita Sudjana kerton diculik alien memang benar adanya.

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan festival seni media berskala Internasional bertajuk Instrumenta #2 Machine/Magic yang berlangsung pada 23 Oktober hingga 19 November 2019 di Gedung Galeri Nasional, Jakarta. Tujuan utama festival seni ini untuk memajukan seni media, sehingga masyarakat mengapresiasi perkembangan mutakahir seni media dalam konteks lokal maupun internasional.

Salah seorang pengunjung begitu terpukau dengan pameran Instrumenta #2 ini. Menurutnya antara karya seni dan teknologi di pameran yang berlangsung begitu seimbang.  “ini berbeda dari yang lain, karena para seniman di pameran ini mampu mengimajinasikan teknologi melalui karya seni,” ujar Tsania Mawaddah saat ditemui di Gedung A Galeri Nasional, Minggu (3/11).
Sefi Rafiani

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Mengenal Ragam Budaya Khas Minangkabau Previous post Mengenal Ragam Budaya Khas Minangkabau
Anak Pesisir Membingkai Mimpi Next post Anak Pesisir Membingkai Mimpi