Krisis iklim berimbas pada seluruh aspek kehidupan manusia. Kemudian diperparah sistem politik ekonomi Indonesia yang merusak lingkungan. Pemerhati lingkungan gelar aksi.
Pihak Climate Justice Now telah menyelenggarakan aksi keadilan untuk iklim yang merupakan bagian dari Global Climate Strike 2022. Aksi tersebut dilaksanakan dengan sistem pawai yang bermula dari Setiabudi, Jakarta Selatan dan berakhir di Menteng, Jakarta Pusat.
Gerakan yang dilaksanakan pada Jumat (25/3) lalu, mengusung tema sentral “People Not Profit” sebagai desakan bagi pemerintah untuk segera menanggulangi krisis iklim yang terjadi. Selain itu karena kondisi iklim yang semakin parah, maka perlu aksi kolektif: menyelamatkan masa depan bumi yang layak huni dan berkelanjutan.
Global Climate Strike merupakan aksi menuntut keadilan iklim yang dilaksanakan di seluruh negara dunia. Aksi senantiasa dilakukan pada Jumat, karena mengikuti gerakan yang digagas oleh Greta Thunberg yaitu Fridays For Future—aksi unjuk rasa agar pemerintah segera bertindak mengatasi perubahan iklim. Di Indonesia, aksi tersebut diselenggarakan di 20 kota besar.
Siang itu, tampak banyak mahasiswa dan masyarakat umum yang ikut aksi tersebut. Mulai dari ketua BEM universitas hingga aktivis lingkungan menyuarakan aspirasi dan tuntutannya di panggung terbuka. Banyak partisipan yang berdandan ala zombi, hantu, serta monster untuk meriahkan aksi tersebut. Terlihat banyak poster serta spanduk dengan tulisan beragam yang ditujukan terhadap darurat iklim yang sedang terjadi. Aksi tersebut ditutup dengan menari bersama diiringi lagu “Thriller” oleh Michael Jackson.
Deslita, salah satu partisipan aksi berpendapat bahwa hal kecil yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan mahasiswa: berkendara secara bijak. Memanfaatkan fasilitas kendaraan umum seperti Kereta Listrik dan Transjakarta, ucapnya, dapat membantu menanggulangi krisis iklim. “Polusi udara di negara kita sudah di tahap memprihatinkan, jadi dengan seperti itu setidaknya kita berpartisipasi menanggulangi krisis iklim,” tutur Deslita, Jumat (25/3).
Di sisi lain, Ibnu, salah seorang partisipan juga menuturkan dengan hadirnya aksi krisis iklim menimbulkan dampak positif. “Masyarakat dapat memiliki wawasan lebih luas terkait iklim di dunia yang semakin kacau sehingga membangun kesadaran bagi masyarakat itu juga,” ucap Ibnu, Jumat (25/3).
Koordinator Aksi Global Climate Strike Jakarta, Ben mengatakan bahwa iklim yang sudah sekarat berdampak pada seluruh kehidupan manusia. Hal ini, terlihat dari semakin banyaknya bencana alam di seluruh dunia. “Jadi memang urgensi krisis iklim ini kita sudah di kondisi darurat, bukan lagi akan menghadapi, tetapi kita sedang berada di situasi kritis,” ucap Ben, Jumat (25/3).
Ben mengatakan ada empat tuntutan dalam aksi tersebut. Pertama, mendesak pemerintah untuk segera mendeklarasikan darurat iklim dan menghasilkan kebijakan-kebijakan pro-iklim dan berkeadilan. Kedua, mendesak pemerintah untuk membangun infrastruktur berketahanan iklim dan menjaga keamanan masyarakat pesisir. Ketiga, mendesak pemerintah serius mengambil langkah sesuai Perjanjian Paris. Keempat, mendorong pemerintah menjaga iklim demokrasi agar para pejuang lingkungan hidup tidak dikriminalisasi.
Reporter: Aisyah Fitriani Arief
Editor: Syifa Nur Layla
Average Rating