Vape Tak Lebih Baik dari Rokok

Vape Tak Lebih Baik dari Rokok

Read Time:1 Minute, 52 Second

 Pengguna vape meningkat pesat sejak 2018. Namun hingga saat ini, regulasi terkait produk tersebut masih belum ada kejelasan. 


Pengguna rokok elektrik–vape hingga kini terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), pengguna vape telah mencapai 2,2 juta orang. Padahal menurut data Kementrian Perindustrian (Kemenperin), pada tahun 2018, baru sekitar 1,2 juta yang menggunakan Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL), termasuk vape. 

Meningkatnya pengguna vape di Indonesia juga disinyalir karena bebasnya pemasaran produk tersebut. Bahkan ditemukan produk vape yang dijual di minimarket. Padahal APVI menyarankan, agar produsen atau distributor vape tidak menjual produk tersebut di minimarket, mengingat risiko penyalahgunaan oleh pengguna dibawah umur. 

Institut menelusuri pengalaman Wahid, seorang pengguna vape. Wahid menjelaskan terdapat salah satu likuid vape yang disebut likuid harshlikuid yang memiliki rasa terlalu keras dan dibuat dengan takaran yang kurang jelas. Menurut pengalamannya, likuid harsh dapat menyebabkan batuk hingga selesmapilek, “kadang ada (likuid) yang campurannya tidak jelas, bukannya enak malah bikin sakit,” tuturnya, Selasa, (15/3).

Pengguna vape lainnya, Ihram, merasa sudah adiktif terhadap vape. Ihram bahkan merasa asam jika tidak menggunakan rokok elektrik tersebut. Tetapi walaupun begitu, ia tetap menggunakan vape. Karena menurutnya, meski alat vape relatif mahal, masih lebih ekonomis jika harus membeli rokok setiap hari. “Awalnya (menggunakan) vape karena keren, tapi jadi kecanduan,” kata Ihram, Rabu (9/3).

Dosen Epidemiologi UIN Jakarta Khoirunnisa turut menanggapi hal ini. Menurutnya, terdapat beberapa rokok elektrik yang di dalamnya memiliki kandungan Tetrahidrokanabinol (THC) yang biasanya ditemukan pada marijuana, “terlebih lagi penjualannya secara online yang tidak resmi,” ungkap Nisa pada Selasa, (8/3).

Kandungan rokok konvensional dan vape, kata Nisa, memiliki beberapa kesamaan, terutama pada kandungan nikotin. Ia pun menuturkan bahwa vape dan rokok konvensional yang menggunakan tembakau memiliki risiko penyakit yang sama. “Nikotin pada rokok dan vape dapat menimbulkan kecanduan yang dapat menyebabkan kanker, jantung koroner, serta penyakit lainnya,” tambah Nisa.

Nisa menambahkan, bahwa likuid vape sebenarnya dapat menimbulkan luka pada paru. Mengutip pernyataan Central of Disease Control (CDC), Nisa melanjutkan bahwa terdapat 2800 pengguna vape mengalami kecelakan atau kecacatan pada paru-paru, 68 diantaranya menimbulkan kematian. “karena alat vape dimodifikasi, sehingga di dalamnya ada likuid berbahaya yang dapat menimbulkan luka pada  permukaan paru-paru,” pungkasnya.

Reporter: Salwa Tazkia

Editor: Sekar Rahmadiana Ihsan


Vape Tak Lebih Baik dari Rokok



About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Pemerintah Belum Menyeriusi Krisis Iklim Previous post Pemerintah Belum Menyeriusi Krisis Iklim
BEM SI Kritik Pemerintahan Jokowi Next post BEM SI Kritik Pemerintahan Jokowi