Seniman muda yang mencoba mengartikulasikan ledakan-ledakan informasi dan percakapan di dunia maya, serta dunia yang tidak sepenuhnya dipahami dalam media sosial melalui karya-karyanya.
Pada Sabtu, (3/12) CAN’S Gallery menggelar Artist Talk and Short Documentary Screening In Conjunction With Flash, Pow, Bham yang mendatangkan seniman Naufal Abshar, kurator Bob Edrian, dan movie director Alain Goenawan. Gelaran pameran ini berlangsung pada tempat terbuka bagi semua orang di ASHTA District 8, Jakarta Selatan.
Ekshibisi tersebut menampilkan karya perkembangan budaya populer dan dunia hiburan melalui observasi perilaku manusia, gagasan, dan eksplorasi artistik—terkait upaya manusia untuk memahami dirinya secara individu dan bagian dari masyarakat dengan mencari hiburan serta mempersembahkan hiruk-pikuk industri hiburan di media sosial terkait informasi yang berulang di era internet Kemudian, menunjukkan kegelisahan akibat ketidakberdayaan di tengah dunia interaktif.
Beragam karya dari Naufal berbentuk lukisan, instalasi, hingga patung. Karya tersebut bersifat interaktif, yakni mengajak pengunjung untuk ikut dalam atraksi visual—seperti sebuah karya yang diset layaknya permainan ular tangga. Pengunjung bebas menggunakan permainan tersebut sebagai bentuk interaktif, sehingga pengunjung tidak hanya melihat pameran yang disediakan, tetapi juga ikut interaktif dalam memainkan pameran.
Dalam talk show Naufal mengatakan, terdapat karya yang dibuat pada masa inkubasi pandemi dua tahun silam. Salah satu contoh karyanya adalah lukisan dengan berlatar belakang gelap. Hal tersebut menggambarkan suasana banyak orang saat pertemuan fisik dibatasi, maka kehidupannya beralih ke media sosial. “Di sini, saya sebagai pembuat kreativitasnya, namun orang yang berkunjung bisa mengkritik sendiri mengenai kehidupan yang digambarkan dalam karya tersebut,” ceritanya, Sabtu (3/12).
Naufal menuturkan, sebagian karyanya dibuat pada masa pandemi ketika Naufal menyerap banyak hal dalam keadaan manusia yang berjarak dan terisolasi. Sebagiannya juga ada yang dibuat tahun ini dan ada yang bertahap sebelum pandemi.
Kurator pameran, Bob Edrian mengatakan bahwa pameran yang disajikan oleh Naufal merupakan bentuk respons seniman terhadap zaman kekinian. Dalam pameran tersebut menggambarkan kemudahan akses informasi yang dirasakan oleh banyak orang setelah adanya pandemi. “Begitu akrabnya manusia dengan gadgetnya karena situasi,” ujarnya, Sabtu (3/12).
Menurut salah satu pengunjung, Ragid Pramudia mengatakan di antara beberapa karya yang ditampilkan ada salah satu yang menarik perhatiannya, yaitu karya dengan tema The Key To Success. Ragid mengaku menyukai karya tersebut bukan dari artinya, melainkan dari teknis dalam pembuatannya. “Dilihat dari lukisannya, cat yang diberikan full pada gambar dan dari sisi peletakkan kata-katanya rapi, sehingga tekstur gambarnya terlihat,” jawabnya saat diwawancarai langsung di lokasi pameran, Sabtu (3/12).
Pengunjung lain bernama Meli Meliawati (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan dirinya tertarik dengan karya-karya dari Naufal karena setiap karyanya mengandung arti yang nyata. Tidak hanya itu, karya yang dibuatnya membuat pengunjung melek terhadap situasi yang telah dialami mereka pada masa pandemi. “Saya melihat salah satu karya Naufal yang menunjukan pada masa pandemi bahwa semua orang mengalami perubahan kehidupan, dari yang sering bersosialisasi jadi beralih ke dunia maya,” tuturnya saat diwawancarai langsung di lokasi pameran, Sabtu (3/12).
Reporter: SRS
Editor: Fayza Rasya