Penggunaan second account di kalangan anak muda berkaitan dengan privasi dan eksplorasi identitas. Akun ini memungkinkan mereka mengekspresikan diri secara lebih autentik dan bebas dari penilaian.
Tren penggunaan akun kedua atau second account Instagram di kalangan anak muda kian populer. Akun ini digunakan sebagai ruang pribadi untuk memisahkan kehidupan sehari-hari dari citra publik. Second account juga disinyalir memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk mengekspresikan diri tanpa takut akan dampak sosial atau profesional.
Jurnal berjudul Phenomenologic Study and Analysis of Life Experience in Study SMA Study 17 Batam Using Second Account Instagram mengungkapkan bagaimana penggunaan akun kedua di Instagram dapat mempengaruhi pengalaman hidup para siswa di SMA 17 Batam. Akun kedua digunakan siswa untuk mengekspresikan diri secara lebih bebas. Hal ini berdampak pada aspek sosial dan emosional mereka.
Selaras dengan penelitian tersebut, Aura Ambia, mahasiswi Program Studi (Prodi) Jurnalistik menyatakan, second account memberinya kebebasan mengekspresikan diri. “Akun ini bisa menjadi tempat mengekspresikan diri tanpa khawatir tentang implikasi profesional,” ujarnya, Selasa (5/11).
Bagi Aura, alasan utama memisahkan akun adalah untuk menjaga privasi dan menghindari risiko yang dapat muncul di akun utama. Dalam hal ini, second account berfungsi sebagai pelindung dari potensi dampak negatif yang mungkin timbul jika semua aktivitas pribadi tersebar di akun utama yang lebih terbuka.
Naura Izzati, mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) mengungkapkan, akun kedua lebih nyaman untuk berbagi konten karena hanya diakses oleh teman-teman dekat. “Di second account, saya merasa aman membagikan konten pribadi, karena hanya teman dekat yang bisa melihat,” ungkapnya, Rabu (6/11).
Naura membedakan isi kedua akunnya, akun pertama digunakan untuk personal branding, sementara akun kedua diisi konten sehari-hari yang lebih santai. Pembagian ini memungkinkan Naura untuk menjaga citra profesional sekaligus tetap menikmati kebebasan berekspresi di akun pribadi.
Dosen Psikologi Kepribadian UIN Jakarta, Liany Luzvinda menegaskan, fenomena penggunaan second account bukanlah tanda pasti adanya masalah psikologis. “Kebutuhan akan privasi dan ruang untuk eksplorasi identitas adalah faktor utama yang mendasari tren ini,” ujarnya, Selasa (5/11).
Hal ini sejalan dengan teori perkembangan remaja dari Erik Erikson, ungkap Liany, yang menyatakan bahwa anak muda berada dalam tahap eksplorasi identitas. Dengan akun kedua, mereka dapat mengekspresikan minat dan pandangan yang mungkin belum berani ditampilkan di akun utama. Proses ini mendukung pencarian identitas diri yang lebih otentik, mereka bisa mengeksplorasi berbagai sisi kepribadian tanpa takut dihakimi.
Psikolog sosial Erving Goffman juga mengemukakan konsep multiple selves, yaitu ketika individu memiliki berbagai sisi diri yang dapat ditampilkan sesuai dengan konteks. Liany menjelaskan, akun kedua menunjukkan sisi santai, sedangkan akun utama untuk citra formal atau profesional. Menurut Goffman, interaksi daring butuh pengelolaan citra, akun kedua memungkinkan manipulasi dan penampilan sisi berbeda.
Reporter: SK
Editor: Shaumi Diah Chairani