Masih banyak pelanggaran HAM di Indonesia. KontraS dan Koalisi Seruan Ciputat berupaya rawat semangat perjuangan Munir melalui roadshow HAM.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan (KontraS) dan Koalisi Seruan Ciputat berkolaborasi menggelar roadshow Kita Ada dan Berlipat Ganda. Kegiatan bertema “Merawat Spiritual Munir: Melawan Keberlanjutan Perjuangan Hak Asasi Manusia” berlangsung di Depan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (20/11). Roadshow merupakan rangkaian acara menuju hari lahir Munir pada 8 Desember dan peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) pada 10 Desember.
Kegiatan tersebut menghadirkan beberapa pembicara, antara lain Muhammad Islah Satrio—Divisi riset dan Dokumentasi KontraS, dan Althaaf Artasasmita—Komunitas Mahasiswa Tronjal Tronjol Mania (Matraman). Selain itu, turut hadir Apriansyah Wijaya dari Komite Mahasiswa dan Pemuda Anti Kekerasan (Kompak) serta Penggiat Diskusi Siti Aisyah. Rangkaian acara terdiri dari penayangan film dokumenter Munir “Bunga Dibakar”, diskusi publik, pembacaan puisi dan ditutup dengan penampilan musik.
Presiden silih berganti namun banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi kepada pembela HAM, termasuk kasus Munir yang belum menemui titik terang hingga kini. Islah menyatakan, pada Desember 2023 hingga November 2024, terdapat 174 peristiwa kekerasan terhadap pembela HAM, baik kepada mahasiswa, aktivis, jurnalis dan sebagainya. “Memakan sekitar 1600 korban, baik itu luka-luka, tewas, maupun ditangkap atau ditahan semena-mena,” ucapnya, Kamis (20/11).
Islah juga menyebut, kepolisian kerap menggunakan kekerasan fisik, seperti water canon pada peristiwa demo RUU pilkada. Padahal, hal tersebut dilarang dan terdapat protokol yang mereka langgar karena membatasi hak-hak warga negara atas ekspresinya. “Jangan sampai kita terdiam dan tertidur terhadap tindakan pelanggaran kepolisian tersebut. Kita harus berjuang melawan ketidakadilan, salah satunya pelanggaran yang dilakukan oleh kepolisian,” ujarnya.
Dari film Bunga Dibakar, Islah menyimpulkan, kita bisa seperti Munir walaupun berasal dari latar belakang keluarga biasa. “Kita punya rasa takut yang sama seperti Munir, tapi lagi-lagi kita tau ada ketidakadilan, ada ketimpangan yang akhirnya membuat kita berani terhadap rezim,” ujarnya.
Althaaf mengatakan, ketertarikan sejak awal pada acara ini yang menghantarkan dia menjadi bagian dari acara. Sebab, ia memandang, mahasiswa sekarang perlu kembali mempresentasikan diri sebagai mahasiswa. “Punya empati yang besar seperti Munir,” harapnya saat diwawancarai, Kamis (20/11)
Dalam wawancara terpisah, Anggota KontraS, Adit mengungkapkan alasan memilih UIN jakarta sebagai tempat Roadshow kedua. Sebelum ini, acara Seruan Ciputat hasil kolaborasi beberapa komunitas memperingati September Hitam juga mengundang KontraS.
“Ini bentuk follow up juga dari pertemuan-pertemuan jaringan dan sekiranya biar kolaborasi kita bisa membentuk ruang kegiatan buat orang bisa ketemu ngobrolin isu-isu pelanggaran hak asasi manusia.” ucapnya, Kamis (20/11).
Sama seperti yang dikatakan Adit, Abiyyu juga mengungkapkan alasan yang sama terhadap pemilihan UIN jakarta sebagai tempat roadshow. Abiyyu mengaku dirinya juga menjadi koordinator yang menjembatani kegiatan ini. “Jadi awalnya dari kamisan sebenarnya karena gue sering kamisan, setiap Kamis gue kamisan mangkanya orang kontras kontaknya gue” ucapnya, Kamis (20/11)
Reporter: RM
Editor: Shaumi Diah Chairani