Jalan Kedamaian dalam Arus Keberagaman

Jalan Kedamaian dalam Arus Keberagaman

Read Time:2 Minute, 6 Second
Jalan Kedamaian dalam Arus Keberagaman

Praktikkan keharmonisan, Komunitas Eden hadir sebagai wujud toleransi Indonesia. Komunitas Eden menjadi wadah umat lintas agama memupuk persatuan.


Komunitas  Eden atau Salamullah, merupakan komunitas yang bertujuan menyatukan berbagai ajaran agama di bawah keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun demikian, Komunitas Eden bukan merupakan institusi agama ataupun gerakan untuk membentuk agama baru. Komunitas ini didirikan oleh Lia Aminuddin—Lia Eden—pada tahun 1955. Komunitas ini berlokasi di Jalan Mahoni, Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat.

Abdul Rahman, salah seorang penggiat Komunitas Eden mengungkapkan,  Lia Eden merupakan seorang ibu rumah tangga dan muslimah asal Bugis. Dorongan membentuk komunitas tersebut didapatkan Lia Eden tatkala hatinya menerima jawaban atas doa yang ia utarakan saat sholat tahajud. Dalam doanya, Lia Eden  meminta Tuhan untuk memberikan pencerahan tentang arti kebenaran.

Rahman juga menyebutkan, Komunitas Eden tidak memiliki ritual atau peribadatan khusus. Ibadah mereka hanya dengan menghindari dosa dan kesalahan sekecil apapun. Komunitas Eden fokus menjaga wahyu Tuhan yang mereka yakini berhenti setelah Lia Eden meninggal. Penjagaan terhadap warisan itu dengan senantiasa mengajarkan serta memuseumkan wahyu yang telah dibukukan. “Jadi kita tidak ada peribadatan atau ritual, pengabdian kita kepada Tuhan itulah ibadah kita,” jelas Rahman, Sabtu (4/1).

Rahman menerangkan, misi Komunitas Eden adalah menyerukan cinta kasih, perdamaian, dan penyatuan semua umat beragama. Komunitas Eden lebih berfokus untuk menciptakan  persaudaraan antar umat beragama. “Agar perdamaian benar-benar utuh dan terwujud dalam kehidupan,” ucapnya.

Rahman menjelaskan, dalam Komunitas Eden, nabi dan rasul bukan hanya orang yang membawa ajaran agama. Orang-orang yang ilmunya bermanfaat bagi umat manusia, termasuk di bidang sains, filsafat, dan seni juga merupakan nabi atau rasul. “Segala (manusia) yang bermanfaat bagi kehidupan, bagi dunia ini, mereka adalah nabi,” tuturnya.

Sri Hari, penggiat Komunitas Eden lainnya mengatakan, Iman dan pengajaran Lia Eden membuat komunitas itu masih bertahan meskipun Lia Eden sendiri telah meninggal. Mereka meyakini Lia Eden senantiasa memandu, merawat, dan memelihara komunitas itu. “Jadi Iman dan pengajaran yang bikin kita bertahan sampai sekarang dan seterusnya,” ucap Hari, Sabtu (4/1).

Lanjut, Hari menuturkan,  setahun sekali saat malam tahun baru, Komunitas Eden akan merayakannya sebagai Hari Raya. “Biasanya diikuti oleh banyak dari lintas agama, dari Kristen Ortodoks dan Islam,” ucap Hari, Sabtu (4/1).

Pengunjung Komunitas Eden, Novi, mengapresiasi keberadaan komunitas tersebut. Menurutnya, Komunitas Eden merupakan cerminan  toleransi umat beragama. Ia melihat komunitas ini secara perlahan mulai diterima oleh masyarakat sebagai sebuah kepercayaan. “Keberadaan komunitas Eden menurutku pribadi gambaran keberagaman kepercayaan yang ada di Indonesia,” pungkas Novi, saat di tanya via WhatsApp, Sabtu (4/1).

Reporter: MFH
Editor: Muhammad Arifin Ilham

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Jarak Jauh Hambat Kegiatan Mahasiswa  PPG Previous post Jarak Jauh Hambat Kegiatan Mahasiswa  PPG
Dialog Kritis Lewat Seni Monolog Next post Dialog Kritis Lewat Seni Monolog