SabangMerauke Kenalkan Keindonesiaan pada Anak Bangsa

Read Time:1 Minute, 56 Second
Siapa yang tidak tahu kalau Indonesia memiliki beragam suku, bahasa, ras, agama dan budaya? Salah satu faktor keberagaman ini disebabkan letak geografis Indonesia yang memiliki 17.000 pulau. Tetapi, seringkali keberagaman tersebut menimbulkan perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok lain, antar budaya, suku, dan ras.
Dengan keberagaman budaya dan etnis serta kekayaan alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi untuk  menjadi bangsa yang besar. Namun, Indonesia memiliki tantangan utama, yakni minimnya toleransi dalam keberagaman dan timpangnya pendidikan. Hal inilah yang mendasari terbentuknya Gerakan  Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali (SabangMerauke).
Gerakan yang didirikan pada 28 Oktober 2012 itu dirintis oleh tiga orang, yaitu Aichiro Suryo Prabowo, Ayu Kartika Dewi, dan Dyah Widiastuti. Gerakan yang berfokus pada pendidikan ini didirikan di tiga tempat sekaligus, yakni Jakarta, Tanjung Pinang, dan Bogor. 
Nama SabangMerauke sendiri diambil dari kota paling barat dan timur Indonesia. Gerakan ini menawarkan program pertukaran pelajar antar daerah di seluruh Indonesia. SabangMarauke berharap pertukaran pelajar bisa membuka wawasan anak-anak Indonesia. Program tersebut berlangsung selama dua minggu ketika liburan sekolah. 
Program ini dilaksanakan dengan beberapa agenda, seperti culture day dengan kunjungan ke TMII, career day dengan berkenalan dengan kalangan profesional dan social day dengan berkunjung ke anak-anak penderita kanker dan veteran perang RI. Selain itu, SabangMarauke juga mengajarkan nilai-nilai kebhinekaan, sehingga Anak SabangMerauke (ASM) bisa memahami keberagaman Indonesia.  
Setiap satu peserta atau Anak SabangMerauke (ASM) didampingi oleh satu orang Kakak SabangMerauke (KSM). KSM adalah mahasiswa yang mau menjadi relawan untuk mendampingi ASM selama agenda acara berlangsung. Selama dua minggu tersebut, ASM yang berasal dari bermacam-macam daerah tinggal di rumah Famili SabangMerauke (FSM) yang berada di Jabodetabek.
Salah satu alumni Management Team, Chenia Ilma Kirana menjelaskan, sasaran program SabangMerauke ditujukan untuk pelajar Sekolah Menengah Pertama dari seluruh nusantara. Salah satu kriterianya adalah memiliki potensi kepemimpinan dan dapat menginspirasi orang lain. “Dan yang paling penting, ASM yang lolos tidak boleh sombong karena mereka akan  menjadi jendela kemajuan untuk bangsa Indonesia, ” ujarnya, Selasa (10/12).
Gerakan SabangMerauke disambut baik oleh pelajar Indonesia, salah satunya Paskalina Dogopia, ASM asal Papua angkatan 2013. Paskalina merasa senang ketika tinggal bersama FSM karena ia mendapatkan rasa kekeluargaan yang erat walaupun hanya dua minggu. “Setelah bergabung dengan SabangMerauke, saya merasa menjadi lebih percaya diri, mengerti arti toleransi, pendidikan dan keindonesiaan,” tuturnya, Rabu (11/12). (Maulia Nurul H.)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Le Promeneur d’Oiseau: Gadget Tumbuhkan Hedonisme
Next post Pameran Agama Bukan Ajang Penyesatan