Gaung Diskusi Capres-Cawapres tentang Pendidikan

Read Time:2 Minute, 48 Second

Upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan pendidikan ialah melalui penguatan dan pengembangan karakter. Salah satu poin itulah yang  menjadi senjata bagi Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) pemilu kali ini, dalam merebut hati rakyat dengan menitikberatkan pada solusi permasalahan pendidikan. Kini, pengembangan dan penguatan karakter menjadi salah satu poin penting dalam visi misi mereka.


Terkait penguatan karakter, salah satu tim sukses pasangan Capres nomor urut dua, Jokowi-JK, Zuhairi Masrawi menyatakan, ada sebelas aksi nyata yang akan dilakukan capresnya jika terpilih menjadi presiden. Salah satunya dengan revolusi mental, yaitu tingkat keseimbangan pengembangan karakter dan ilmu pengetahuan. “Di tingkat Sekolah Dasar (SD), pengembangan karakter 70% dan ilmu pengetahuan 30%,” ujarnya, Sabtu (28/6).

Untuk siswa tingkat menengah, 60% ditujukan untuk pengembangan karakter, sedangkan 40% untuk ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi SMA, pengembangan karakter memiliki presentasi 20%, dan 80% sisanya ialah untuk ilmu pengetahuan.

Bagi tim sukses pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta, dengan adanya presentasi terkait keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter yang dilakukan Jokowi-Jusuf Kalla, justru akan menghambat ruang gerak dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan itu sendiri. Bagi mereka, dengan mengakreditasi sekolah dan memberikan dana bagi sekolah, merupakan langkah konkret pengembangan ilmu pengetahuan.

Sebelumnya, Sumaryati, tim sukses dari Capres Prabowo-Hatta menjawab terlebih dahulu pertanyaan Ilham Khoiri, sang moderator dari Kompas. Visi misi Capres-Cawapres mereka bertujuan agar terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat. Selain penekanan pada masyarakat madani, keluarga juga berperan penting dalam proses pendidikan. “Karena bagi kami, keluarga adalah titik awal sebuah karakter ditanamkan,” tuturnya, Sabtu (28/6).

Riuh tepuk tangan bergema di ruangan itu ketika dua tim sukses Capres-Cawapres pilihan mereka berdiskusi. Sesi pertama diskusi itu dilanjutkan dengan paparan tim sukses Prabowo-Hatta mengenai visi misinya. Mereka sangat mengutamakan pendidikan, karena hanya pendidikan yang anggarannya terdapat dalam undang-undang, yakni Pasal 31 ayat 4.

Sebelum sesi kedua, Ilham menyilakan beberapa dosen memberikan tanggapan terkait jawaban kedua pihak tim sukses ini. Salah satunya ialah dosen UIN Jakarta, Syukron Kamil. Ia berpendapat sumber dari karakter itu berasal dari nilai-nilai bangsa, kearifan lokal, dan globalisasi. “Pendidikan itu tidak hanya terjadi di ranah formal. Ada rumah, masyarakat, dan media,” ujarnya.

Selain itu, Syukron juga mempertanyakan tentang revolusi mental yang digalakkan oleh tim sukses pasangan nomor urut dua, Jokowi-JK. “Mengapa kita mempersoalkan revolusi mental? Seolah-olah mental itu barang jadi?” Tanyanya.

Burhanudin Muhtadi, selaku dosen UIN Jakarta dan pengamat politik ikut mewarnai diskusi sore itu. “Jokowi lebih mengatasinya secara individual, dan kurang diabstraksikan, meskipun Prabowo (tim suksesnya) lebih memaparkan dengan jelas,” tuturnya. Namun, ia memandang, kedua tim sukses tersebut pandai mengelaborasi masalah, dan sedikit memaparkan solusi atas masalah itu.

Round table discussion yang diadakan di gedung Syahida  UIN Jakarta ini berjalan dengan teratur dan rapi. Rektor UIN Jakarta, Komaruddin Hidayat menyambut dengan baik acara yang diselenggarakan oleh Ikatan Jurnalis Alumni UIN Jakarta ini. “Forum ini bagus menghadirkan kedua pihak. Ini sangat bagus untuk pendidikan politik mahasiswa,” ujarnya, Sabtu (28/6).

Acara bertemakan Pendidikan dan Penguatan Karakter Bangsa tersebut diselenggarakan berbarengan dengan launching Ikatan Jurnalis Alumni UIN. Koordinator forum tersebut, Rahmatullah menyatakan, alasan mengambil tema pendidikan dikarenakan sesuai dengan situasi mahasiswa di kampus.

Alumni 2012 jurusan Ilmu Politik ini juga menaruh banyak harapan agar mahasiswa juga tahu visi misi para Capres-Cawapres mengenai pendidikan dan karakter bangsa. “Setidaknya kita butuh sebuah penjelasan mengenai karakter bangsa yang dulu itu ada, dan saya rasa sekarang hilang,” ujar Rahmatullah.


Nur Hamidah

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Mahasiswa Kecam Kekerasan terhadap Petani Lewat AMUKAN
Next post Upah Minim Pegawai UIN Parking