NGOBROL BARENG REKTOR TERPILIH

Read Time:2 Minute, 35 Second
Di usia yang tak lagi muda, UIN sudah mengalami banyak transformasi di pelbagai sektor. Ragam perubahan tersebut seolah menjadi bukti konkret UIN merespons perkembangan zaman yang semakin bergerak dinamis. Hal ini juga mengindikasikan, kampus ini tak alpa dalam percaturan pendidikan di kancah nasional maupun internasional.

Arus perkembangan zaman yang kian deras, nampaknya telah memaksa UIN untuk tumbuh menjadi institusi pendidikan yang memiliki integritas keilmuan. Tak hanya concern pada kajian-kajian keislaman, kini UIN pun tengah meneguhkan posisinya sebagai salah satu universitas modern yang berakar pada nilai-nilai keislaman.

Hal itu bisa terlihat dari tumbuh suburnya berbagai fakultas dan prodi baru di kampus ini. Kemunculan fakultas dan prodi baru ini, mestinya merefleksikan konstelasi posisi tawar UIN dalam menyelesaikan ragam permasalahan yang menimpa bangsa ini. Mulai dari kisruh keagamaan, sosial, krisis moralitas, hingga menjamurnya tindak politik praktis.

Tentu, setumpuk permasalahan itu menjadi pekerjaan rumah bagi setiap institusi pendidikan di negeri ini, tak terkecuali UIN Jakarta. Sebab, sebagai salah satu lembaga pendidikan, UIN memiliki peran penting dalam mengatasi permasalahan tersebut. Lebih lagi, posisinya yang tak jauh dari ibu kota, UIN seharusnya punya kans dan kekuatan lebih (power) dibanding universitas berbasis Islam di daerah lain.

Namun, posisi strategis ini nampaknya hanya bakal terkunci dalam bunyi pepatah, gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang pulau terlihat jelas. Kiranya, pepatah tersebut cocok untuk mendeskripsikan kondisi UIN saat ini. Mungkin, tak salah jika dibilang ironis, apa pasal?
Seperti kita tahu, impian UIN menjadi universitas islam bertaraf internasional bukanlah kicauan baru. Namun, pada pelaksanaannya kampus Ciputat ini seolah terjebak pada hal yang bersifat prosedural dan mengenyampingkan hal-hal yang bersifat substansial.

Infrastruktur, misalnya. Sektor ini nampaknya tengah menjadi sorotan tajam para pimpinan kampus. Sehingga apa pun bentuknya, seberapa besar pun biayanya, selama finansial kampus mencukupi, semuanya bisa terealisasi.

Kecenderungan inilah yang kami nilai tak tepat sasaran. Sebab, pada hal substansial UIN cenderung luput. Sebut saja, minimnya sarana dan prasarana perkuliahan, buruknya kualitas dosen, sistem pembelajaran yang disorientasi, dan buku ajar yang tak memenuhi kualifikasi.

Padahal kesemua sektor ini merupakan aspek fundamental bagi sebuah institusi pendidikan. Benarkah, pembangunan yang tengah digenjot ini atas dasar kebutuhan? Atau semata-mata memenuhi syarat universitas bertaraf internasional?

Sebagai institusi pendidikan yang terbilang mapan, kini UIN seharusnya menjadi corong atas segala permasalahan yang terjadi dewasa ini. Bukan terseret pada label universitas partisan yang kosong karakter. Sehingga, hal ini akan memperkecil ruang UIN dalam menawarkan gagasan dan pandangan solutif terkait isu-isu yang berkembang.

Pula jangan sampai, kepentingan-kepentingan pribadi ataupun golongan (partai) masih menginternalisasi di pikiran para pimpinan kampus yang sekarang ataupun nanti. Sebab, bukan tidak mungkin, hal ini dapat mereduksi dan mengaburkan cita-cita founding fathers kampus ini. Terlebih, kampus ini dikenal telah menelurkan banyak intelektual muslim dan teknokrat yang memiliki integritas dan martabat.

Karenanya, untuk mewujudkan itu semua, perlu adanya soliditas di setiap lini dalam tubuh UIN guna memperkokoh konstruksinya menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Kiranya, atas dasar itulah, acara “Ngobrol Bareng Rektor Terpilih” yang bertemakanRektor Baru Harapan Baruini, LPM INSTITUT mencoba mengajak seluruh sivitas akademik untuk berbincang ihwal arah UIN ke depan dan bagaimana langkah progresif UIN menjawab ragam tantangan di masa yang akan datang.

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Abadikan ‘Golden Moment’ Melalui Citizen Journalism
Next post Pemerintahan dalam Dunia Keruh