(Dok: Pribadi) |
Read Time:2 Minute, 29 Second
Sebagai calon terpilih pada Pemira 2015, Darda dan Ova siap mewadahi kretivitas mahasiswa lewat hari budaya. Mereka juga siap mendirikan lembaga penelitian untuk menunjang penelitian mahasiswa.
Setelah gagal saat mencalonkan diri sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Ahmad Al-Darda tetap optimis membawa perubahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada Pemilhan Umum Raya (Pemira) 2015 ia mencoba peruntungannya di tingkat universitas dengan mencalonkan diri sebagai Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema-U) dan menggandeng E.Ova Siti Sofwatul Ummah sebagai Wakil Ketua Dema-U.
Darda dan Ova yang menjadi calon nomor urut 1 mendapat perolehan suara sebanyak 5.817 suara di Pemira 2015. Merekamengalahkan calon nomor 2, Ibrahim Aris Sumantri dan Humaidi yang memperoleh 4242 suara berdasarkan hasil hitung cepat Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut.
Dalam visinya, calon nomor urut 1 ini ingin menjadikan oganisasi intrakampus sebagai miniatur nation state yang aspiratif, akomodatif serta menjunjung tinggi moral, religiusitas yang berlandaskan kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka juga ingin meningkatkan intelektual dengan mengintegrasikanantara sains dan agama serta menjujung tinggi moral, religiusitas berlandaskan kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
Dalam misinya, Darda dan Ovaberusaha mewujudkan Dema-U sebagai lembaga yang komunikatif, akomodatif dan aspiratif. Selain itumereka ingin menjadikan Dema-U sebagai teladan bagi organisasi intrakampus yang melestarikan nilai-nilai luhur nusantara. Mereka juga akan mengoptimalkan Dema-U sebagai wadah pengembangan intelektualitas dalam rangka reaktualisasi tradisi ilmiah keislaman, keilmuan dan keindonesian.
Agar misi pelestarian nilai-nilai luhur nusantara dapat terwujud, Darda dan Ova ingin mengadakan sebuah acara hari budaya. Darda menerangkan, acara tersebut nantinya dapat menjadi wadah mahasiswa untuk saling bertukar kebudayaan daerah masing-masing agar kekayaan seni budaya nusantara bisa dikenal seluruh mahasiswa UIN Jakarta.
Ova pun berharap dengan adanya hari budaya tak hanya mewadahi kreativitas budaya tetapi bisa juga menjadi ajang silaturahmi organisasi primordial. “Mahasiswa UIN Jakarta kan dari Sabang sampai Maruke.Sayang kalo tidak ada acara pertukaran budaya” jelas Ova, Kamis (24/12).
Tak hanya itu, demi mewujudkan visi dan misinya, Darda ingin menyediakan wadah untuk mahasiswa berkarya dalam penelitian. Untuk itu ia berencana membentuk sebuah lembaga penelitian mahasiswa yang mana di sana mahasiwa dapat berkontribusi secara langsung.
Senada dengan Darda, Ova memaparkan akan pentingnya lembaga penelitian mahasiswa karena universitas yang baik salah satunya bisa dilihat dengan banyaknya penelitian dari mahasiswa. “Rata-rata universitas terkenal di Indonesia sudah punya lembaga penelitian, seharusnya UIN Jakarta jangan mau kalah dengan universitas lainnya”, paparnya.
Selain itu Darda dan Ova kompak akan membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama organisasi intrakampus. “Kami di sini tidak bisa bekerja tanpa ada bantuan dari teman sesama organisasi intrakampus lainnya. Makanya kerukunan harus selalu dijaga”,ungkap Darda, Rabu (23/12).
Meski mendapatkan suara terbanyak dalam Pemira 2015, Darda dan Ova mencoba tidak besar kepala. Darda menilai kalah atau menang dalam Pemira adalah hal biasa. Darda pun mewajarkan kericuhan yang terjadi selama Pemira 2015. “Yang penting kericuhan tersebut tidak berlarut-larut”,terangnya.
LSA
Average Rating