Read Time:2 Minute, 42 Second
Selain sebagai bentuk keindahan, karya seni dapat dikaitkan dengan kehidupan sosial. Melalui seni patung, para pematung kontemporer ini menyisipkan pesan-pesan kehidupan.
Dua buah miniatur bangku berwarna hijau-hitam, diletakkan dekat pintu masuk galeri lantai dua Salihara. Satu bangku dibuat tanpa alas duduk, sedangkan bangku lainnya dibuat tanpa sandaran.
Ketika masuk lebih dalam, terlihat miniatur tangga, skop pasir, bahkan kamar mandi. Namun ketika sekali lagi dilihat, ada yang berbeda dari semua miniatur tersebut. Jika sebuah tangga biasanya dibuat dengan tiang lurus, di sana dibuat dengan tiang melengkung dan bengkok. Skop pasir yang lazim dengan gagang silinder, di sana dibuat dengan gagang persegi. Begitu pun dengan kamar mandi yang didesain seperti ruang tamu dengan jam dinding dan tangga di dalamya.
Barang-barang abstrak tersebut merupakan patung kontemporer karya Faisal Habibi. Melalui karyanya, Faisal ingin membawa pengunjung pada suatu imaji objek yang baru. Ia sengaja membuat barang-barang yang terlihat umum dan wajar menjadi objek yang terlihat abstrak dan kaya penafsiran.
Selain itu, Faisal mengajak pengunjung untuk tidak tunduk pada penafsiran umum suatu objek. Ia ingin mengarahkan pengunjung untuk menjelajah lebih jauh tentang esensi benda-benda di lingkungan sekitar.
Sekitar dua langkah dari patung-patung karya Faisal, terlihat jejeran kebaya dan kemeja wanita yang terbuat dari serat gelas, kawat, besi, dan baja. Kebaya dan kemeja wanita yang tergantung pada tali baja itu terlihat kokoh dan kuat.
Jejeran kemeja wanita itu berwarna hitam, sedangkan jejeran kebaya memiliki warna merah, jingga, abu-abu, dan putih-hitam. Motif-motif kebaya itu bervariasi, ada yang bermotif bunga, kotak-kotak hingga gambar karikatur wanita.
Kemeja wanita dan kebaya karya Octora ini menyampaikan berbagai pesan tentang wanita, kekerasan, dan penindasan. Kebaya dan kemeja wanita yang terbuat dari benda-benda keras menggambarkan keteguhan wanita pada setiap penindasan dan kekerasan. Dari karyanya, Octora terlihat memberi kritik keadilan untuk kaum-kaum feminis yang kerap mendapat diskriminasi dan dianggap sebagai kaum lemah.
Tak jauh dari patung kontemporer karya Octora, terdapat patung-patung Budha berwarna kuning emas yang terbuat dari plastik. Patung yang berjumlah tiga buah itu terdiri dari dua buah patung berukuran sekitar gumpalan tangan orang dewasa dan satu buah sekitar besar seorang anak balita .
Di depan tempat patung plastik itu, terdapat mesin cetak sederhana yang terbuat dari serat gelas, plastik, kayu, dan logam. Di dekat mesin cetak, terdapat alat-alat untuk menggambar patung, seperti pensil, penggaris, penghapus, dan sebuah kertas.
Patung Budha dan mesin cetak sederhana tersebut merupakan patung kontemporer karya Budi Adi Nugroho. Melalui karyanya, Budi menyampaikan sindiran kepada produk seni karya industri yang hanya mengandalkan kecanggihan teknologi tanpa menggunakan keahlian khusus.
Budi menegaskan, pada zaman yang serba digital ini, semua orang dapat menjadi seniman patung. Menurutnya, Jika dahulu karya seni patung hanya dapat dibuat melalui pahat baja, kini patung dapat dibuat menggunakan komputer dan percetakan.
Karya-karya pematung kontemporer tersebut ditunjukkan pada pameran patung kontemporer yang bertema “Kait Kelindan” di Galeri Salihara. Tema kait kelindan dipilih karena kaitan antara karya seni dan pesan sosial yang disampaikan seperti kait kelindan.
Ketiga pematung tersebut merupakan pemenang dari kompetisi Karya Trimatra Nasional Salihara 2013. Pameran ini adalah cara untuk melihat kematangan teknik, gagasan, dan keterampilan para seniman setelah tiga bulan melakukan pelatihan di Jerman. “Pelatihan tersebut pun merupakan penghargaan dari kompetisi Trimatra,” ujar Asisten Galeri, Nasya Anestia, Sabtu, (6/5).
Jannah Arijah
Average Rating