Read Time:3 Minute, 26 Second
Memasuki kawasan Galeri Nasional, terlihat papan reklame bertuliskan Pameran Seni Rupa Nusantara. Pameran tersebut mengusung tema KONTRAKSI Pascatradisionalisme Bertempat di tiga gedung Galeri Nasional; Gedung A, Gedung B dan Gedung C, suasana pengunjung terlihat riuh. Pada Gedung C, terdapat dua persimpangan kanan dan kiri. Di persimpangan kiri, pengunjung langsung dihadapkan karya Nandanggawe yang bertajuk Anomality (The Circus series) dengan total karya 27 buah.
Selain itu, di persimpangan kiri terdapat gambar yang terdiri dari kolase kertas yang ditempel pada pelat alumunium dan membentuk dua wajah laki-laki. Dua wajah laki-laki dalam satu karya tersebut memiliki kontras warna yang mencolok. Lukisan laki-laki pertama, dibuat dari kumpulan kertas berwarna hitam dan putih menghasilkan warna monokrom. Sedangkan, lukisan laki-laki lainnya memiliki perpaduan warna merah, kuning, dan biru dipadu dengan sempurna menghasilkan dua wajah laki-laki yang berbeda.
Berpindah ke persimpangan kanan, pada ujung sisi terdapat satu karya yang sangat menarik. Jika dilihat, karya tersebut sekilas menyerupai karya abstrak lainnya. Namun, jikadiperhatikan dari jarak dua sampai tiga meter tegak lurus dengan lukisan, maka akan terlihat lukisan rupa tanpa garis wajah. Sepasang mata, sebuah hidung, dan bibir menjadi objek lukisan yang membuat terpana siapa melihatnya. Karya milik Mario Viani ini berbahan cat akrilik yang ditumpahkan pada kanvas.
Lanjut ke Gedung A, pengunjung akan disambut dengan papan yang memuat penjelasan dari pemilihan tema pameran, Kontraksi: Pascatradisionalisme. Pada sebelah kiri pintu masuk ruangan pameran, terdapat karya interaktif dari Entang Wiharso. Di mana pengunjung dapat berpartisipasi dengan cara mencap jari mereka setelah diberi tinta pada sebuah kanvas putih berukuran 3×5 meter. Karya tersebut bernama Hibernation: Ground Zero.
Menginjakan kaki ke ruang pameran, atmosfer sekitar berubah drastis. Permainan cahaya dan juga penempatan karya menambah nilai estetika ruangan. Saat membuka pintu, pengunjung langsung disuguhi karya Nyoman Erawan dengan judul Tropical Light. Permainan warna serta media yang digunakan sangat apik. Karya berukuran 250 x 100 cm dibagi menjadi 6 panel. Media yang digunakan adalah media campuran, salah satunya ialah besi. Permukaan yang timbul dari lukisan membuat karya Erawan menjadi salah satu karya yang berbeda. Terletak di ujung ruang pameran, terdapat sebuah ruangan yang ditutupi oleh kain hitam.
Ruangan tersebut menjadi salah satu karya interaktif lain yang ada dalam pameran.
Pengunjung dapat berpartisipasi dengan masuk ke ruang karya. Saat memasuki ruangan, akan terlihat sebuah lukisan mata yang tepat menatap lurus kepada pengunjung. Setiap dinding pada ruangan terbuat dari kaca dimana di atas, bawah, kanan serta kiri pengunjung akan dikelilingi oleh dirinya sendiri.
Sunarya dalam karyanya bermaksud mengkritik fenomena yang sedang marak saat ini. Di mana banyak orang yang ingin menunjukan diri dengan menampilkan dirinya sendiri, sehingga secara tidak langsung banyak orang yang memperhatikannya. Salah seorang relawan pameran, Yusman Utomo menjelaskan karya tersebut memang agak berbeda dengan karya lain. “Karya ini juga mengkritik dan menjelaskan fenomena sekarang ini,” ujar Yusman, Jumat (2/5).
Salah satu karya yang juga menarik perhatian pengunjung adalah karya dari Heri Dono, yaitu kumpulan gong yang diletakan di atas kursi kayu kecil dan dipajang di dinding. Pada karya tersebut ditambahkan pula wayang yang terbuat dari besi, diwarnai dengan cat akrilik dan dipasang terbalik. Gong akan berbunyi, jika pengunjung memijat bel yang terletak pada sebelah kanan karya.
Salah satu pengunjung Guru Sekolah Dasar Negeri Sunter Jaya 02 Petang, Lia mengatakan,
anak-anak muridnya menyukai karya Heri Dono. Lia sendiri juga menrasa senang saat
memijat tombol dan gong pun berbuyi. “Anak-anak suka sama karya tersebut, saya sendiri
suka saat memijat tombol nya” ujarnya, Kamis (2/5).
Setelah dua gedung pameran puas dijelajahi, pengunjung dapat memasuki Gedung C. Di
dalamnya terdapat ruangan khusus berwarna hitam dan minim pencahayaan. Di tengah
ruangan terdapat sebuah karya berbentuk tudung keranda diselimuti kain hitam ditambah dengan bendera kuning di depannya. Saat pengunjung memasuki ruang karya, terdapat kain dengan rajutan wajah serta tulisan sama seperti buku yasin. Dengan tema yang sangat apik serta tata cahaya yang sangat menarik, membuat karya ini memiliki daya tarik tersendiri.
Lain halnya dengan Lia, pengunjung lain Davi merasakan kesakralan di dalam ruang pameran. Menurutnya, Atmosfer yang tercipta pada ruangan tesebut sangat sarat akan makna pulang, dengan artian kembali ke Maha Kuasa. Bahkan, tak jarang pengunjung dibuat merinding dari atmosfer yang tercipta. “Merinding banget, sarat maknanya dapet,”
ungkapnya, Jumat (2/5).
FK
Happy
0
0 %
Sad
0
0 %
Excited
0
0 %
Sleepy
0
0 %
Angry
0
0 %
Surprise
0
0 %
Average Rating