Nurul Dwiana
Read Time:2 Minute, 10 Second
Di tengah hiruk pikuk kota, Rumah Si Pitung bisa menjadi salah satu destinasi tujuan yang jauh dari keramaian. Namun, posisi yang terpencil membuat situs budaya satu ini jarang diketahui massa.
Rumah Si Pitung, salah satu cagar budaya dari daerah Jakarta yang masih berdiri kokoh di kawasan Marunda, Jakarta Utara. Rumah Si Pitung yang hampir dekat dengan pesisir pantai nampaknya jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Rumah yang menjadi ciri khas warga Jakarta ini hampir sama dengan rumah panggung dari Bugis.
Untuk memulai perjalanan ke Rumah Si Pitung dengan menggunakan TransJakarta mengambil rute ke arah Rusun Marunda. Setibanya di sana akan terlihat gapura bertuliskan “Rumah Si Pitung 12 Destinasi Wisata Pesisir”. Perjalanan tak sampai disitu saja, wisatawan harus menempuh jarak sekitar 1 kilometer untuk tiba di tempat tujuan. Selama perjalanan, wisatawan bisa melihat kanan dan kiri tambak ikan serta tumbuhan bakau di sepanjang jalan. Sayang, Rumah Si Pitung tak begitu banyak pengunjung.
Saat tiba di depan pintu masuk Rumah Si Pitung dihadapkan pagar berpelitur hitam. Dengan hanya mengocek harga Rp 5 ribu untuk orang dewasa dan Rp 3 ribu bagi mahasiswa. Di buka dari hari Selasa-Minggu dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.
Dari pintu masuk terlihat tiga bangunan adat Betawi dengan corak rumah panggung ala Bugis dan didominasi dengan warna merah kecoklatan. Ketiga bangunan ini memiliki fungsi yang berbeda. Ada Rumah Si Pitung, aula dan musala berserta kamar mandi.
Bangunan utama Rumah Si Pitung terletak sebelah kiri dari pintu masuk. Ketika akan masuk ke dalam Rumah Si Pitung, pengunjung diminta untuk melepas alas kaki agar menjaga kebersihan dan kenyamanan.
Ketika memasuki Rumah Si Pitung terdapat beberapa ruang di dalamnya. Saat menaiki rumah panggung ada beranda depan yang terdapat meja dan kursi yang terbuat dari rotan. Selanjutnya, terdapat kamar tidur dan ruang makan dengan peralatan tradisonal seperti cobek yang terbuat dari tanah liat. Di ruang belakang juga terdapat beranda dengan ciri khas bale yang menjadi tempat bersantai pemilik rumah. Tak hanya itu, rumah ini dibangun berdasarkan sejarah Si Pitung saat polisi Belanda menggebrek Rumah Si Pitung di Rawa Belong, Jakarta Barat pada tahun 1984.
Sayangnya, Rumah Si Pitung yang menjadi situs budaya ini jarang dikunjungin wisatawan dan tidak ada pemandu wisata pada saat itu. Begitu pula akses yang jauh dari ibu kota membuat para wisatawan kurang melirik cagar budaya ini.
Hal ini dirasakan pengunjung Rumah Si Pitung, Nabila Maulidya Rahma mengatakan akses menuju Rumah Si Pitung itu susah. Tak hanya itu, menurut Nabila cagar budaya hanya sekadar Rumah Si Pitung dan tidak ada destinasi lain. “Bagus tetapi kurangnya kantin dalam kompleks Rumah Si Pitung,” tuturnya, Jumat (5/4).
Average Rating