
Melalui pementasan drama Kopral Woyzeck, Teater Syahid menyoroti pergulatan manusia melawan ketimpangan sosial akibat pengaruh kekuasaan. Drama ini mengajak penonton merefleksikan kembali makna keadilan dalam kehidupan.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Syahid melangsungkan pementasan Garapan Besar Kopral Woyzeck karya Georg Büchner yang disadur kembali oleh sutradara Syaifullah Almahdi. Pementasan tersebut berlangsung dari Jumat (17/10) hingga Minggu (19/10) di Hall Student Center (SC) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pertunjukan itu bercerita tentang perlawanan seorang kopral miskin bernama Woyzeck terhadap atasannya serta pemerintah. Atas perlawanannya, ia dikeluarkan dari militer. Woyzeck juga membunuh kekasihnya yang berselingkuh dengan atasannya di militer karena gelap mata dengan harta.
Sutradara Syaifullah Almahdi menyatakan, fokus yang ingin ia tonjolkan dalam pertunjukan ini bukan pada tokoh Woyzeck sebagai prajurit maupun penjahat, tetapi dari isu ketimpangan sosial maupun ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah. “Melihat kondisi sosial yang terjadi baik di Indonesia atau di negara manapun pada saat ini, menjadi sebab kami mengambil naskah drama Kopral Woyzeck,” jelasnya kepada Institut melalui pesan WhatsApp, Minggu (19/10).
Dalam pertunjukan Woyzeck, Syaifullah ingin penonton menyadari bagaimana struktur kekuasaan—seperti dokter dan kapten dalam cerita itu—dapat memengaruhi moral dan jiwa seseorang. Ia juga mengajak penonton untuk merangsang kembali semangat revolusi sosial, serta bersikap lebih rasional dan kritis agar terbebas dari tatanan hidup yang bobrok maupun masyarakat yang kurang teredukasi.
Serupa dengan Syaifullah, Amna Mauliza sebagai penonton mengungkapkan, cerita Kopral Woyzeck menjadi peringatan atas kasus-kasus ketimpangan yang terjadi. Ia menegaskan bahwa tiap orang bisa saja menjadi korban sekaligus pelaku tanpa mereka sadari—seperti Woyzeck yang menjadi korban eksploitasi oleh dokter, korban perundungan oleh atasan dan korban perselingkuhan istrinya.
Amna juga mengapresiasi aktor-aktor yang memerankan karakter cerita tersebut, terutama aktor yang memerankan tokoh Franz atau Woyzeck. “Yang memerankan tokoh Franz keren banget aktingnya dan feel-nya dapet banget,” katanya melalui pesan WhatsApp, Senin (20/10).
Sebagai orang yang pertama kali menonton teater, Nakhla Aqila Rabbani Alaydrus, atau kerap disapa Nala turut mengapresiasi penataan cahaya dan pembawaan karakter yang Teater Syahid suguhkan. Selain itu, pesan yang ia ambil dari cerita Woyzeck adalah kebaikan perlu beriringan dengan keberanian. “Kalau jadi orang baik tapi diam-diam saja (seperti Woyzeck), pasti akan diperalat oleh orang lain,” tutur Nala, Sabtu (19/10).
Ketua Umum Teater Syahid, Hasby Mahesa As-Sidiq mengungkapkan persiapan garapan kali ini merupakan yang tersingkat. Meski melibatkan semua anggota aktif maupun demisioner, persiapan garapan tersebut hanya memakan waktu tiga bulan. “Biasanya memakan waktu enam bulan, makanya ini bisa dibilang garapan yang paling singkat” ucap Hasby, Sabtu (19/10).
Reporter: Siti Fadhila Widya Arianti dan Cindy Seviona Azahra
Editor: Naila Asyifa
