Read Time:2 Minute, 32 Second
Judul : Darmagandhul
Penerjemah : Damar Shashangka
Penerbit : Dolphin
Isi : 458 Halaman
Terbit : Juli 2011
ISBN : 978-979-16110-6-0
Masuknya agama Islam ke tanah Jawa bukanlah hal mudah. Kepercayaan masyarakat Jawa kala itu masih memeluk ajaran leluhur yang beragama Budha dan masih terkungkungnya kehidupan mereka dalam historis budaya.
Paham keagamaan masyarakat Jawa kala itu terpatri dengan keluhuran agama Budha yang telah melekat dengan mereka selama kurang lebih seribu tahun lamanya. Masuknya ajaran rasul ke tanah Jawa dibawa oleh Sayid Rakhmat—Sunan Ampel.
Kala itu Sayid Rakhmat memohon izin untuk mensyiarkan ajaran rasul kepada Prabu Brawijaya yang kala itu menduduki takhta sebagai raja di Majapahit. Sang prabu mengabulkan permohonan Sayid Rakhmat.
Kisah inilah yang diceritakan dalam kitab Darmagandhul, yang telah dibukukan dan diterjemahkan. Kitab Darmagandhul merupakan kitab yang cukup dikenal dalam kesusastraan Jawa. Kitab Darmagandhul mengisahkan tentang kepercayaan lokal masyarakat Jawa, masuknya Islam di tanah Jawa, dan runtuhnya kerajaan Majapahit.
Dalam kitab ini dikisahkan mengenai keruntuhan Majapahit di tangan Adipati Demak—anak Prabu Brawijaya. Adipati Demak yang bernama Raden Patah memilih jalan perang karena menginginkan ayahandanya memeluk agama Islam dan menduduki takhta ayahandanya.
Adipati Demak didukung oleh para sunan dan seluruh bupati pesisir utara yang telah memeluk Islam. Sesaat sebelum perang, mereka berkumpul dan merundingkan saat yang tepat untuk melakukan peperangan. Kala itu, Syekh Siti Jenar menolak adanya peperangan, kemudian Syekh Siti Jenar dijerat lehernya oleh Sunan Giri yang telah diperintahkan oleh Sunan Benang.
Rombongan perang kala itu bergegas menuju Majapahit bersamaan dengan iring-iringan grebek Mulud–agar tidak dicurigai. Sang Prabu Brawijaya mendengar kabar bahwa anaknya telah dalam perjalanan untuk memerangi dirinya. Seketika Sang Prabu terdiam kaku, tak bersuara, bagaikan tugu batu yang mati, hatinya murka.
Sang Prabu diliputi kegelapan, kecewa dan sedih. Hati Sang Prabu seolah habis, mengingat kebaikannya membiarkan agama Islam disyiarkan di tanah Jawa, namun balasan keji didapatkan olehnya.
Sang Prabu bertitah kepada Patih Gajah Mada untuk menggantikannya berperang karena tubuhnya sudah renta serta malu kepada langit dan bumi jika melawan anak sendiri untuk memperebutkan takhta.
Kitab Darmagandhul ditulis dalam bahasa Jawa, kitab ini menceritakan dialog antara Ki Kalamwadi dan Darmagandhul (muridnya). Kitab Darmagandhul menuai kontroversi karena dianggap mencederai agama Islam.
Damar Shashangka, penerjemah buku ini menyajikan ulasan dan kritik tentang pengalihan kekuasaan dari Majapahit-Demak dan perpindahan agama Sang Prabu Wijaya dari ajaran Budha ke agama Islam. Kitab Darmagandhul yang diterjemahkan ini terdiri dari dua versi: Prosa dan Tembang.
Buku ini menjadi menarik ketika membuka tabir sejarah yang tertutupi. Buku ini dapat menjadi rujukan sejarah tentang keruntuhan Majapahit. Namun, kitab Darmagandhul dalam penulisannya mengandung unsur pornografi dan ejekan terhadap agama Islam. Tulisan dalam Kitab Darmagandhul menggambarkan keberpihakan terhadap suatu budaya dan agama.
Pencemoohan terhadap agama Islam, bangsa Cina dan bangsa Arab jelas terlihat dalam kitab Darmagandhul. Kitab Darmagandhul banyak mengisahkan keburukan hati para sunan. Kitab Darmagandhul sempat dicekal untuk beredar karena dinilai banyak pihak sebagai penghinaan terhadap Islam.
Dalam buku yang kontroversial ini tertulis kisah kehancuran kerajaan Majapahit yang seakan tertutupi dalam sejarah. Penggambaran sunan di buku ini berwatak keras, seperti halnya ketika sunan benang menghancurkan arca untuk menghapuskan kebudayaan agama Budha dan menggantikannya dengan agama baru. (Gita Nawangsari)
Average Rating