Read Time:2 Minute, 51 Second
HIV/AIDS di Indonesia saat ini merupakan masalah kesehatan yang masih belum bisa terselesaikan. Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan, jumlah penderita HIV/AIDS pada kasus penularan secara heteroseksual mencapai 58,7% sampai Desember 2012 dan terus meningkat di tahun 2013. Untuk mengatasi hal tersebut Kemenkes RI mengadakan program Pekan Kondom Nasional (PKN) pada 1-7 Desember 2013.
Deputi Program Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Fonny Jacobus Silfanus mengatakan, pencegahan dengan kondom hanya dilakukan untuk golongan perilaku beresiko, seperti Pekerja Seks Komersial (PSK) dan homo seksual. “Kita juga tidak bisa mengontrol pria-pria di luar sana yang sering melakukan seks tidak aman,” tuturnya, Jumat (6/12).
Fonny juga menambahkan, efektivitas kondom sudah diuji di luar dan di dalam negeri sehingga tidak perlu diragukan lagi. Di berbagai negara yang menerapkan program penggunaan kondom secara benar dan konsisten mengalami penurunan kasus HIV/AIDS.
Sementara itu, dosen Epidemiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta, Minsarnawati Tahangnacca menuturkan, suksesnya kondom di negara lain tidak akan sama dengan Indonesia. “Kalau di Thailand berhasil, itu karena budayanya menerima seks bebas dan saat diberikan kondom sangat antusias. Sedangkan di Indonesia bukan negara yang melegalkan seks bebas, sehingga orang banyak yang sembunyi-sembunyi dan tidak terdeteksi sebagai kasus, itulah yang tidak bisa terkontrol,” jelas Minsarnawati, Rabu (11/12).
Fonny juga menanggapi komentar mengenai peningkatan kasus seks bebas dengan adanya program pembagian kondom ini. “Dari dulu juga sebelum adanya program kondom ini, hubungan seks bebas seperti itu sudah terjadi. Jika orang tersebut imannya kuat kemudian ia melihat kondom kan tidak langsung begitu saja melakukan seks bebas,” katanya.
Senada dengan Fonny, Kepala Sub-direktorat Pencegahan dan Penanggulangan (P2) AIDS dan Penyakit Menular Seksual (PMS) Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi juga mengatakan,tidak ada lagi cara mencegah penularan secara seksual selain memakai kondom.
Sementara itu, dokter sekaligus seksolog, Cindhe Puspisto menuturkan, tidak ada yang seratus persen efektif. Apalagi masih banyak orang yang tidak tahu cara dan saat yang tepat untuk menggunakan kondom.
“Rata-rata orang hanya memakai kondom saat ereksi penuh. Padahal selama hubungan seks berlangsung, bisa terjadi penularan virus. Maka dari itu, seharusnya kondom dipakai sepanjang melakukan hubungan seks,” kata Cindhe, Senin (9/12).
Minsarnawati menambahkan, pencegahan dengan kondom harus diterangkan secara eksplisit. Masyarakat harus tahu secara jelas bahwa kondom hanya digunakan untuk pasangan sah yang salah satunya sudah terinfeksi HIV.
Pendidikan Seks pada Usia Dini
Menurut Chinde, pencegahan penularan HIV/AIDS bisa dilakukan melalui edukasi seks dan seksualitas. Pendidikan seks sejak dini sangat diperlukan dalam upaya pencegahan penyakit menular seksual. “Indonesia masih sering menganggap tabu masalah seks. Padahal anak dengan pengetahuan seks yang benar cenderung akan menghindari perilaku beresiko,” kata Chinde.
Siti Nadia mengatakan, Kemenkes RI telah bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan untuk memasukkan pembelajaran mengenai reproduksi di sekolah. “Tentu semua itu diajarkan sesuai dengan usianya,” jelasnya, Jumat (6/12).
Sementara itu, Minsarnawati menjelaskan, selain untuk anak-anak, edukasi kesehatan juga perlu dilakukan untuk pemuka agama. “Hal ini perlu dilakukan karena mereka dekat dengan masyarakat. Sehingga, ketika mereka mengatakan kepada masyarakat untuk menghindari HIV/AIDS dengan tidak melakukan zina, mereka juga mempunyai alasan ilmiah,” katanya.
Menurut Minsarnawati, edukasi mengenai moral dan agama juga perlu dilakukan dengan benar karena agama merupakan benteng seseorang untuk melakukan hal buruk. “Saya berharap ke depannya pihak kesehatan bisa berintegrasi dengan pihak keagamaan seperti MUI untuk bisa melakukan berbagai edukasi kesehatan,” katanya. (Erika Hidayanti)
Average Rating