Jalaludin Tawarkan Modernisasi dalam Tradisi Salaf

Read Time:2 Minute, 57 Second
Judul         : Islam Aktual (Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim)
Penulis      : Jalaludin Rakhmat
Tebal        : 303 halaman
Penerbit    : Penerbit Mizan
Tahun       : 1996
Pemuda Islam seharusnya tidak lagi berdebat tentang mana yang sunnah dan mana yang bid’ah. Yang menjadi persoalan bukan lagi bagaimana cara berhaji yang sah, tetapi bagaimana menghadapi orang yang telah mampu berhaji, tetapi tidak mau melaksanakannya. Bukan lagi mempersoalkan berapa rakaat salat tarawih, tetapi berapa orang karyawan yang tidak mau melaksanakan salat tarawih.
Jalaludin Rakhmat, seorang cendekiawan muslim satu ini menghadirkan sebuah buku yang berjudul Islam Aktual: Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim. Buku ini memuat pandangan Jalal atas keadaan Islam yang kini kian terbuka. Islam seakan tumbuh lebih modern, dan tidak lagi terikat dengan tradisi salaf. Hal ini disebabkan karena dua faktor, pertama tingkat pendidikan kaum muslim yang lebih tinggi dari sebelumnya, ditambah dengan arus informasi yang lebih besar sehingga menumbangkan sekat-sekat madzhab. Kedua, perbedaan madzhab fikih dirasakan tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman.
Buku ini mengupas banyak refleksi dalam berbagai aspek kehidupan, baik aspek sosial, komunikasi, politik, teknologi, feminisme,hingga perjuangan umat. Kiranya Jalal di sini sangat senang memberikan contoh yang sedikit menyinggung keadaan umat Islam yang kini sangat tertinggal dengan umat lainnya.
Di tengah arus globalisasi dan merebaknya pertumbuhan media massa, Jalal memberikan tantangan bagi para da’i agar tetap dapat berdakwah dengan baik. Para da’i harus melatih diri untuk mengembangkan kemampuan menerima dan menyampaikan informasi. Setidaknya mereka menguasai media lokal yang kini banyak digunakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, para da’i tidak boleh bertindak pasif. Mereka harus menyambut tantangan di hadapannya dengan perencanaan yang baik.
Dalam bab selanjutnya, Jalal memberikan nasihat kepada para birokrat tentang bagaimana penguasa seharusnya berperilaku terhadap rakyatnya. Ia menganalogikannya dengan peristiwa penunjukkan gubernur Mesir pada 38 H. Malik bin Al-Harits ditunjuk sebagai gubernur Mesir oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib. Di samping akhlak yang baik, Malik bin Al-Harits juga memiliki kemampuan organisasi yang mumpuni. Ali menasihatinya agar senantiasa bertanggung jawab dan memberikan perhatian terhadap rakyat kecil. Dengan memberikan analogi Malik ini, Jalal kembali membandingkan dengan pemerintahan zaman sekarang. Sudah benarkah?
Arus globalisasi yang semakin berkembang membuat kita dituntut agar memiliki pemikiran yang kritis, termasuk dalam aspek historis Islam. Dalam buku ini, Jalal menceritakan seorang temannya yang bertanya tentang peristiwa hijrah dan Isra’ Mi’raj. Mengapa pada Isra’ Mi’raj hanya diperlukan waktu kurang dari satu malam, lalu pada saat hijrah, nabi bersusah payah melewati padang pasir selama dua belas hari untuk sampai ke Madinah? Mengapa nabi tidak berdoa saja supaya diturunkan mukjizat? Bukankah peristiwa hijrah jauh lebih penting dalam mengubah sejarah dari pada Isra’ Mi’raj?
Selain aspek historis, Jalal juga mengupas permasalahan perempuan dalam Islam. Ia berpendapat tentang peran wanita zaman sekarang yang sering menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga. Hal ini tak lain merupakan krisis identitas, di mana mereka memerlukan acuan untuk meredifinisikan peran mereka. Diperlukan sosok ideal bagi perempuan Islam di masa sekarang.
Pada akhir buku ini, Jalal memaparkan peran ulama yang sangat penting dalam perjuangan Islam. Apalagi dengan arus globalisasi yang kini kian membuat nilai-nilai Islam memudar. Peran ulama adalah sebagai pengawal ajaran Islam, dan rujukan umat dalam mengatasi berbagai persoalan.
Meskipun Jalal sering membubuhkan istilah-istilah asing yang sulit untuk dipahami maknanya, seperti argumentum ad hominem dan diagnotis modernitis, tetapi hal tersebut tidak terlalu menganggu esensi dari hal yang diangkat, karena ia juga menggunakan contoh-contoh yang sederhana dan mudah dipahami. Buku ini layak menjadi bacaan bagi semua kalangan agar pengetahuan muslim tentang pemikiran alternatif berkembang. (Nur Hamidah)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Kontroversi Kondom dalam Pencegahan HIV/AIDS
Next post Lifestyle ecstacy: Interpretasi Budaya Massa Indonesia