Sumber: Dok. Pribadi
|
Read Time:3 Minute, 5 Second
Keinginan menciptakan sesuatu yang baru, menarik, dan berkarakter menjadi pemicu perupa asal Kota Cirebon, Wedha Abdul Rasyid untuk berinovasi di dunia desain grafis.
Kebiasaan Wedha membuat karya seni realis, kartun, dan manga, perlahan menggerus daya penglihatan pria kelahiran 10 Maret 1951. Bosan yang hinggap di pikirannya, memaksa Wedha memutar otak untuk menciptakan karya seni grafis yang baru.
Pengalamannya di dunia ilustrasi tak perlu diragukan lagi. Apalagi, 40 tahun bekerja sebagai ilustrator tentu memberinya banyak pelajaran. Sehingga, pelajaran dan pengalamannya pula yang memuluskan Wedha untuk menelurkan seni grafis gaya anyar, Wedha’s Pop Art Portrait (WPAP).
Gaya WPAP merupakan cara baru Wedha dalam menggambar ilustrasi wajah. Mengingat, di usianya yang tak lagi muda, pria yang dijuluki Bapak Ilustrasi Indonesia ini kesulitan untuk menggambar bentuk yang realistis dan detail.
Sebenarnya, sebelum populer dengan nama WPAP, lebih dulu, Wedha menamai gayanya dengan Foto Marak Berkotak (FMB). Namun, FMB ini tak berusia lama. Hanya delapan tahun, terhitung dari 1990 hingga 1998. Selama delapan tahun itu pula, dalam satu minggu Wedha rutin mengisi editorial picturedi beberapa majalah, salah satunya Majalah Hai.
Seiring intensitasnya mengisi editorial picture, karyanya pun semakin dikenal masyarakat. Namun, karena pengerjaan FMB yang masih manual, karya Wedha pun sempat menuai kritik dari salah satu perupa terkemuka Indonesia.
Wedha disebut perupa akal-akalan yang hanya melakukan facetting (pembidangan) pada sebuah karya seni. Mendengar kritikan itu, niat Wedha pun perlahan mengendur. “Saya pengennya bikin sesuatu yang baru, malah dibilang begitu. Kan jadi repot,” ungkap bapak tiga anak ini saat ditemui INSTITUT di kediamannya, Permata Puri Media, Kembangan Utara, Jakarta Barat.
Kalau pembuatan FMB dianggap mudah dan disukai banyak orang –pikir Wedha– jangan-jangan karya model ini, sebelumnya pernah dibuat oleh orang lain. Hanya saja ia belum mengetahuinya.
Akhirnya, daripada malu di kemudian hari, FMB pun ia tutup pada tahun 1998. “Enggak mengusik lagi, enggak mikirin lagi, pokoknya FMB saya tinggal,” katanya, Rabu (24/9).
Hingga akhir 2007, nampaknya Tuhan mempunyai rencana lain. Ia dipertemukan dengan orang-orang yang berpengaruh di dunia desain grafis Indonesia. Dari pertemuan itu, tak sedikit perupa handal yang memuji dan mendorong Wedha untuk sesegera mungkin menamai gaya kubismenya (kotak-kotak) dengan nama Wedha’s style.
Nama Wedha semakin melambung menyusul respons positif yang ia peroleh dari masyarakat. Ragam pujian dan dukungan tak henti terlontar dari mulut para pecinta seni foto kotak-kotak ini, tak terkecuali dari media sosial Facebook.
Salah satunya, Itok Sukarso. Penggemar karya WPAP ini berinisiatif membentuk WPAP Community untuk mengakomodasi para penggemar karya seni rupa model ini.
Sebenarnya, kata Itok, Komunitas WPAP ini lahir dari interaksi sesama penggemar gaya melukis portrait yang bergaya pop art. Komunitas ini awalnya hanya berkegiatan melalui jejaring sosial Facebook. Namun, lambat laun berkembang ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan mancanegara
Melihat respons positif tersebut, akhirnya Wedha bersama anggota komunitas WPAP menggelar pameran perdana di Mall Grand Indonesia. Walhasil, pameran itu pun dibanjiri pengunjung.
Menurut Itok, pameran perdana yang digelar pada 27 September 2010 itu sekaligus menandai peresmian komunitas WPAP. Total hinga awal tahun 2014, anggota dan penggemar WPAP mencapai lebih dari 20.000 orang.
Untuk lebih mengembangkan WPAP, komunitas yang bermukim di Bintaro sektor satu ini bersosialisasi melalui event pameran karya dan aktivitas lain. Serangkaian kegiatan yang telah diselenggarakan menjadi gambaran dinamika ekspresi komunitas WPAP.
Tujuan dari komunitas WPAP ini, jelas Itok, untuk menampung hasil kreativitas anggota WPAP agar memiliki daya jual di pasaran. Dalam jangka panjang, Itok berharap para kreator WPAP bisa menjadi pengusaha WPAP mandiri.
Soal komunitas, sebagai founder, Wedha memberi keleluasaan tata laksana keseharian kepada ketua komunitas di daerahnya masing-masing. Kegiatan komunitas ini, mengadakan pameran, workshop, dan kursus gratis di House of WPAP, Bintaro. “Untuk recruitment cukup mengikuti www.wpapcommunity.comatau di Facebook, ‘Belajar WPAP Yuk’,” tutupnya.
Muawwan Daelami
Average Rating