Read Time:2 Minute, 6 Second
Deretan ornamen bambu coklat kehitaman khas Jawa Barat tersusun rapi menyelimuti ruang pertunjukan. Tujuh buah lampu bercahaya kuning terang menerangi seluruh sudut panggung. Di panggung sendiri terlihat beberapa alat musik tradisonal Indonesia. Ada angklung, kendang, bonang, saron, jenglong, serta goong telah siap dimainkan. Tak ketinggalan, alat musik modern pun turut melengkapi panggung, di antaranya gitar dan perkusi.
Sesaat kemudian, satu demi satu perempuan cilik nan elok murid Saung Angklung Udjo mulai masuk beriringan ke dalam panggung. Disusul pula anak laki-laki berseragam pangsi serta totopong berupa penutup kepala khas sunda. Sembari menggetarkan angklung mini, mereka bernyanyi “Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka. Teu kinten saena sareng lucuna,” lagu Boneka Abdi asli Sunda.
Bukan hanya itu, mereka juga menyanyikan lagu-lagu daerah dari seluruh pelosok Indonesia. Senandung indah lagu daerah bercampur irama bunyi dari getaran angklung membawa penonton seakan sedang berkeliling nusantara. Di sisi lain, ada pula lagu yang dinyanyikan dalam bahasa Jerman dan Belanda.
“Hee yamko rambe yamko aronawa kombe,” sepenggal lirik lagu Yamko Rambe Yamko asal tanah Papua dibawakan merdu menggunakan angklung. Dengan bibir tesenyum dan wajah penuh kegembiraan, muncul lagi empat orang lelaki mengenakan Pakaian Adat Tradisional Papua. Dilengkapi dengan hiasan kepala bermahkotakan bulu cenderawasih, gelang di tangan, serta rumbai-rumbai melingkar di pergelangan kaki. Sembari menarikan tarian Yosim Pancar, mereka juga memegang tombak dan perisai.
Biasanya, pertunjukan ini berlangsung selama satu setengah jam yang diadakan setiap hari dan dibagi dalam sembilan sesi. Antara lain sesi demonstrasi wayang golek, helaran, tari tradisional, angklung mini, Alunan Rumpun Bambu (Arumba), angklung padaeng, bermain angklung bersama, angklung orkestra, dan menari bersama.
Kini, angklung bukan hanya cocok untuk lagu daerah saja. Akan tetapi angklung pun bisa dimainkan memakai lagu nasional maupun internasional. Terbukti lagu You Raised Me Up, Bunda, dan Que Sera-Sera berhasil dimainkan oleh pemain diikuti semua penonton dengan dipandu pembawa acara bertempat di Saung Angklung Udjo, Minggu (2/8).
Sudah menjadi ciri khas Saung Angklung Udjo. Di pengujung acara, para penonton diajak turun ke panggung untuk menari bersama. Penonton mesti merasakan kebersamaan dan kenikmatan dalam bermain angklung.
Menurut pembawa acara, Sheila Yosefa, pementasan angklung bertujuan memperkenalkan budaya asli Indonesia ke seluruh dunia. Sebab angklung merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. “Kita jangan memandang angklung sebelah mata karena angklung itu alat musik kebanggaan nusantara,” katanya.
Salah satu penonton seorang wisatawan asal Belanda, Matcha. Mengaku terkesan dengan pertunjukan angklung ini. Ia merasa pertunjukkan yang disajikan begitu menarik, unik, dan hebat. “Saya sangat senang di sini dan terharu melihat anak kecil Indonesia mampu melakukan pekerjaan hebat,” ujar Matcha sembari tersenyum.
RI
Average Rating