Aksi Stop Pameran Rokok

Read Time:2 Minute, 28 Second
Aksi menolak Pameran World Tobacco Process and Machinery (WTPM) bukan hal baru dikalangan mahasiswa kesehatan. Pada 2012 pameran WTPM diadakan pertama kali di Jakarta dengan nama World Tobacco Asia dan menuai protes dari mahasiswa, panitia penyelenggara pada saat itu berjanji untuk tidak mengadakan pameran yang sama lagi.
Seakan tak jerah, pada tahun 2014, pameran tersebut kembali diadakan di Bali dengan tema yang berbeda Inter-Tabac Asia. Berkat aksi yang dilakukan mahasiswa, pameran tersebut akhirnya dibubarkan. Sayangnya, tahun 2016 lalu di bulan April WTPM kembali digelar, yang membuat mahasiswa berusaha untuk membubarkan pameran tersebut, namun sangat disesalkan aksi yang dilakukan mahasiswa tidak membuahkan hasil.
Tahun 2017 Aksi menolak pameran WTPM terulang kembali dilakukan oleh beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Indonesia (UI), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKIM), Universitas Yarsi dan perwakilan dari Universitas di Semarang.
Bukan tanpa alasan aksi yang digelar kembali di Jakarta Internasional Expo (JIExpo) Kebayoran, Jakarta. Peserta aksi yang berjumlah 169 mahasiswa sangat menyayangkan diadakannya kembali pameran WTPM. Menurut Manik Marganamahendra, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), UI selaku Koordinator Lapangan (Korlap) “Pameran WTPM ini sangat membahayakan bagi kesehatan, jika produksi rokok meningkat tentunya konsumen rokok juga meningkat”tuturnya. Rabu (17/05)
Kekecawaan mahasiswa terhadap sikap penyelenggara pameran WTPM yang tidak memikirkan angka perokok di Indonesia yang sekarang menduduki peringkat 4 dunia. Membuat mahasiswa melemparkan boneka pocong ke dalam gerbang. Mereka mengibaratkan boneka tersebut sebagai contoh salah satu korban dari 21 yang meninggal perjamnya akibat rokok. Terlihat dibalik pagar besi ada 12 polisi dan 3 satpam yang hanya mengawasi jalannya aksi. Polisi sama sekali tidak melakukan perlawanan.
Peserta aksi berharap agar aksi tahun ini menjadi yang terakhir. Muhammad Lutfi, ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat (HMPSKM), UIN menuturkan jangan sampai aksi menolak WTPM ini menjadi agenda tahunan. Mengingat aksi juga pernah dilakukan sejak 2012 silam. Dia sangat menginginkan agar aksi tahun ini mendapat respon yang baik.
Ketegangan kembali terjadi, saat pembawa acara yang Johan Bima Putra dan M. Arief Dalimunthe, mahasiswa FKM UI, menginstruksi peserta aksi untuk lebih mendekat ke pagar JIExpo. Setelah itu, ia mempersilahkan mahasiswa untuk berorasi sambil meneriaki “Kick WTPM.”
Di sela aksi  Akbar Maulana, mahasiswa yang menyamar sebagai penyusup di dalam pameran. Menceritakan bahwa di dalam ruangan pameran terdapat sebuah mesin yang mampu memproduksi rokok sebanyak 400 hingga 750 batang permenitnya.
Beda Akbar beda pula Julius Prabowo, mahasiswa yang kini menjabat sebagai  ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) menceritakan kisahnya bisa masuk ke dalam pameran. Mereka mengelilingi pameran dan merekam sambil memegang poster yang bertuliskan 21 korban yang meninggal permenitnya akibat rokok.
Salah satu peserta aksi, M. Al Ridho Prawira, mahasiswa kesehatan masyarakat, UIN juga memiliki harapan besar dengan diadakannya aksi Rabu (17/05) tersebut. Ridho menyarankan jika aksi hari ini tidak membuahkan hasil, maka perlu diadakan aksi lagi. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh korlap aksi, Ia juga berencana akan tetap melakukan aksi sampai pameran serupa tidak diadakan lagi di Indonesia.


NF 

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Khilafah dan Unreasonable Fear Penguasa
Next post Ray Rangkuti: Mei ‘98’ Mahasiswa IAIN Jakarta yang Pertama Kali Duduki Gedung DPR