Read Time:2 Minute, 48 Second
Judul Buku : Rindu Ruai
Penulis : Pristiani
Penerbit : SIP Publishing
Tahun Terbit : Oktober 2019
Tebal : 130 halaman
Persoalan rasa memang tak ada habis dan ujungnya, terlebih memperbincangkan rindu. Seorang sastrawan mengemas rindu lewat bait pusi, sedangkan musisi meramunya dengan lantunan merdu nada lagu.
Menjadi sosok muslimah sempurna bukan hanya persoalan seberapa merah warna lipstik di bibir, atau balutan kosmetik yang menjadikanya merona. Lebih dari itu, kesejatian —hakikat— kecantikannya terpancar teduh dari prilaku nan santun dan elok perangai yang ia tampakan. Lalu muncul sebuah pertanyaan, kecantikan muslimah anugerah atau musibah?
Zaman menuntut seisinya berubah sesuai dengan perkembangan, pun demikian dengan dunia kecantikan. Puluhan bahkan ribuan merek kosmetik pabrik tersedia dalam pelbagai rupa, dari wajah hingga ujung kaki siap dibuat menawan karenanya. Tak khayal memang, muslimah pun banyak menyuguhkan rupa nan ayu —tak lupa dengan balutan kosmetik— di pelbagai beranda media sosial (medsos). Dengan sekali klik, semua netizen —warganet— dapat menikmatinya dan dibuat kagum olehnya.
Lalu mungkin dan adakah muslimah yang bisa menjaga diri di zaman ketika eksis di medsos menjadi gaya hidup? Jawabannya, ada bahkan banyak sekali muslimah sholihah yang berjuang menjaga dirinya untuk tidak mengungguh foto di medsos. Sebagian mereka menutupi muka dengan kain —masker atau cadar—, atau lainnya membiarkan terik mentari menyentuh parasnya. Tak masalah, karena memang itu berkaitan dengan keyakinan dan pilihan masing-masing. (Hal. 14-15)
Broken home memang menjadi mimpi buruk bagi setiap orang, tak semua bisa melaluinya dengan baik-baik saja. Keadaan masygul sering dialami bagi mereka yang merasakan betapa berat menerima keadaan broken home. Namun berprasangka baik kepada Allah SWT sebagai jalan terbaik yang bisa dijalani. Meluaskan hati untuk mencintai takdir dan apa-apa yang Tuhan berikan. (Hal. 4)
Bagaimana dengan rindu? Rindu itu serupa daun jatuh yang merindukan rantingnya, serupa tetes hujan yang merindukan langitnya, atau bahkan serupa mentari yang merindukan rembulannya. Tak bisa digapai dan terlalu jauh untuk sekadar disentuh. Rindu menghujam menuju jantung dan mengalir seirama dalam setiap detik kehidupan. (Hal. 42)
Melalui catatan-catatan yang dikemas dalam buku Rindu Ruai, sang penulis Pristiani mencoba mengambil hikmah dari pelbagai peristiwa yang menghantam kehidupan. Dikemas dengan renyah, penulis mengambil sisi positif dari setiap peristiwa walau kenyataannya itu pahit. Misalnya dalam tajuk, Broken Home Is’nt Always Easy, but I’m Fine penulis memaparkan bagaimana bersikap positif meskipun kehidupan menyuguhkan sisi kelamnya.
Buku dengan tebal 130 halaman ini berisi catatan kehidupan penulis yang dikemas dalam bentuk karya populer. Bahkan, dalam beberapa tajuk tulisan terdapat puisi-puisi sebagai bahan renungan. Sehingga pembaca akan diajak menyelami apa yang penulis rasakan dan sesekali meminum hikmah terkandung di dalamnya.
Buku ini sangat cocok dan patut dimiliki siapa pun yang ingin keluar dari zona keterpurukan hidup. Bagaimana memandang sesuatu dari kaca mata positif meski pun terasa pahit. Namun kekurangan dalam buku ini, ada beberapa kesalahan dalam penulisan kosakata (typo). Sehingga ke depannya, untuk cetakan selanjutnya dapat diperbaiki.
M. Rifqi Ibnu Masy
Average Rating