Kucing jalanan tak jarang kerap mendapat perlakuan kurang baik seperti halnya aniaya. Rumah Singgah CLOW pun memberi perhatian khusus untuk kucing-kucing tersebut.
Berangkat dari maraknya kasus kekerasan terhadap hewan—terutama kucing—hati Wahyu Winono tergerak untuk mendirikan suatu organisasi nonyayasan. Organisasi ini sudah dilegalisasi dan sudah memiliki Surat Keputusan Menteri bernama Cat Lovers In the World(CLOW). Nama organisasi tersebut tidak lain ialah Rumah Singgah CLOW (RSC).
Wahyu Winono mendirikan RSC pada 2017 silam di Jalan Bojong Sempu Nomor 3, Parung, Bogor. Tujuan utamanya adalahuntuk menampung kucing jalanan, terutama yang sakit untuk kemudian diobati dan dicarikan pengadopsi. Tak hanya menamping sekitar empat ratus kucing saat ini, RSC juga menampung sembilan puluhanjing. Meskipun hewan yang ada terhitung banyak, sejumlah dua puluh pegawai sangat menjamin kebersihannya setiap satu jam sekali. Kebanyakan dari pegawai tentunya ialah pencinta hewan.
Pegawai RSC John mengatakan, penyakit kucing yang datang ke RSC bermacam-macam. Adalah patah rahang, patah kaki, retak tulang, tumor, dan lain-lain. Kucing yang sakit akan dibawa ke dokter hewan yang praktik di Klinik Amore Animal untuk mendapat perawatan. Setiap harinya, RSC menghabiskan 20 kilogram makanan kucing keringyang selalu tersedia. “Jadi tidak ada jam makan tertentu,” katanya saat diwawancarai langsung di RSC, Parung, Bogor, Sabtu (7/11).
Wahyu Winono menambahkan, RSC berbeda dengan penampungan hewan pada umumnya. Pada sistem manajemen yang mereka terapkan, orang yang menitipkan kucing di RSC wajib menjadi orang tua asuh dan membayar Rp100.000 per bulan untuk biaya perawatan satu kucing. Begitu pun bagi orang yang akan mengadopsi kucing wajib menjadi member RSC dan membayar iuran sebesar Rp120.000 per tahun.
Walau RSC hanya diperuntukkan bagi kucing jalanan, tak jarang orang turut menelantarkan kucing peliharaan mereka di RSC. Padahal, kucing peliharaan lebih mudah stres di banding kucing jalanan. Bila sudah stres, maka kucing tidak mau makan dan akhirnya mati. “Sampai saya tulis di depan gerbang bahwa RSC tidak menerima kucing peliharaan,” ungkapWahyu melalui Whatsapp, Selasa (10/11).
Pegawai RSC lainnya bernama Alfirmansyah awalnya merupakan seorang orang tua asuh dari kucing yang sakit. Ia menerangkan, salah satu kendala yang dihadapi RSC saat ini adalah jumlah donatur yang menurun lantaran pandemiyang masih merebak. “Kami berusaha mencari donatur dari situs penggalangan dana online agar tetap bisa memenuhi kebutuhan RSC,” ungkap Alfirmansyah via Whatsapp, Senin (9/11).
Selain untuk menarik donatur, publikasi foto hewan yang ada di RSC juga bertujuan untuk menarik minat pengadopsi. Denny Rinaldi mengetahui RSCdari Instagram sehingga tertarik untuk berkunjung langsung. “Kebersihan RSC menjadi nilai tambah, saya pun akhirnya mengadopsi satu kucing dari sana,” ungkapnya, Senin (9/11). Pengadopsi lain bernama Angga berkata, pada dasarnya ia memang pecinta hewan. Dengan mengadopsi kucing dari RSC, ia merasa dapat turut membantu mengurangi populasi kucing jalanan di sana.
DA, MS
Average Rating