Jurnalisme Naratif vs Algoritma Internet

Jurnalisme Naratif vs Algoritma Internet

Read Time:2 Minute, 32 Second
Jurnalisme Naratif vs Algoritma Internet

Judul Buku: Jurnalisme di Luar Algoritma

Penulis: Arif Zulkifli

Penerbit: Tempo Publishing

Tahun Terbit: 2022

Cetakan: Pertama

Jumlah Halaman: xxviii + 350 halaman

***

Mulanya, Arif merasa resah terhadap fokus media pada algoritma internet dan cenderung mengesampingkan muatan tulisan. Kumpulan reportasenya ini memberi gambaran bagaimana seharusnya media memberi ruang pada liputan mendalam.

***

Kecepatan dan kepopuleran merupakan hal yang lumrah dikejar dalam kerja jurnalisme masa kini. Perhitungan ekonomi tentu merupakan hal potensial bagaimana kerja demikian absah dilakoni. Namun tidak seluruh kerja jurnalisme mengamininya, khususnya media dengan nilai pasar di mana mereka tidak menghiraukan nilai lebih dari kecepatan. 

Arif Zulkifli dalam bukunya Jurnalisme di Luar Algoritma terbukti menghindar dari tindakan tersebut. Kata di luar algoritma yang dipilihnya dalam judul terlihat jelas penulis menjauhi algoritma internet di mana kecepatan menjadi tujuan utama. Arif mengungkapkan bahwa himpunan catatan perjalanan yang ditulisnya menggunakan pendekatan jurnalisme lama atau reportase.

Terbukti, semua ragam tulisan tersaji menggambarkan dua hal pokok dalam teknik reportase: detail dan relevansi. Salah satu reportasenya di Aceh berjudul Secarik Kertas di Saku Pak Joni ditulis dengan gaya tak biasa, Arif lihai menampilkan detail objek liputannya dengan gerak dinamis. Yang membedakan dari tulisan media pada umumnya, kisah ini ditulis secara mendalam dan menampakkan banyak detail kejadian. 

Enam bulan pasca tsunami yang mengguncang Aceh pada 26 Desember 2004, penulis berkesempatan meliput Aceh yang sedang berbenah dalam berbagai aspek. Salah satu yang menarik dari liputannya adalah pertemuannya dengan Joni Aidil, seorang pensiunan pegawai perkebunan.

Joni yang dahulu tinggal di pesisir pantai meneguhkan dirinya dengan secarik surat kabar berjudul “Korban Tsunami Boleh Bangun Rumah di Pantai”. Hal itulah yang menjadi alasan Joni tak ingin meninggalkan tanah bersejarahnya yang hanya bersisa sepetak lantai itu. Tertulis dalam buku, “Soal pemerintah membangun kembali kawasan itu, Joni hanya menggeleng…‘Apapun yang terjadi, saya tak akan meninggalkan tanah ini..’”.

Dari sampel liputan di atas, terlihat bahwa liputan yang dibuat Arif memperhatikan lebih detail objek yang digarapnya. Di lain sampel, penulis menceritakan pertemuannya dengan Hasan Tiro, Pemimpin Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sekaligus buron pemerintah saat itu. Tak mudah untuk mewawancarainya, sebab ia sedang dalam persembunyian sehingga membutuhkan perjalanan panjang untuk menemui eksil GAM Swedia tersebut.

Namun di sinilah letak reportase. Sebab nilai kecepatan bukan tujuan, batu terjal begitu banyak bertamu. Penulis gagal menemui Tiro pada perundingan Jeda Kemanusiaan di Jenewa, hal itu mengharuskannya untuk terbang ke Stockholm, tempat kediaman Tiro. Sesampainya di sana, Tiro enggan untuk diajak interviu. Rencana liputannya tak sia-sia ketika penulis menyadari ada yang lebih signifikan ketimbang interviu yaitu reportase. Alhasil, artikel Dua Jam Bersama Hasan Tiro dapat kita nikmati.

Kentaralah kemudian mengapa penulis memberi judul bukunya Jurnalisme di Luar Algoritma. Algoritma ternyata lebih berkarib dengan kecepatan. Sedang, reportase tidak pernah atau bahkan sama sekali tidak mengamininya.          

Dalam buku ini, tiap-tiap perjalanan reportase Arif disajikan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi rujukan bagi para jurnalis awam dalam menulis reportase. Namun, plot yang dipakai dalam beberapa cerita maju-mundur sehingga pembaca harus sembari membayangkan periode waktu untuk tiap adegannya.

Reporter: SDC

Editor: M. Naufal Waliyyuddin

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Pergulatan Penjual Air Bersih di Ujung Jakarta Previous post <strong>Pergulatan Penjual Air Bersih di Ujung Jakarta</strong>
Menyoroti Kebersihan Kampus Dua UIN Jakarta Next post Menyoroti Kebersihan Kampus Dua UIN Jakarta