Dilansir dari jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dengan judul Edukasi Adaptasi Perubahan Iklim dalam Perspektif Islam, saat ini krisis iklim menjadi tantangan global. Hal tersebut terjadi sebab perubahan iklim yang begitu drastis memiliki pengaruh besar bagi masyarakat dunia, khususnya masyarakat miskin. Sebab alam tak hanya menjadi tempat hunian manusia dalam menjalani aktivitas, ia juga menjadi sumber kehidupan. Islam menjadi salah satu agama yang menyerukan kepada umatnya untuk berperan dalam memperhatikan lingkungan sekitar demi terjaganya alam dari kerusakan.
Pada Selasa (13/12), Institut melakukan wawancara khusus dengan Dosen Falsafah dan Agama di Universitas Paramadina, Parid Ridwanuddin terkait solusi dan peranan agama dalam menangani krisis iklim. Saat ini Parid merupakan Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
1. Agama merupakan pedoman hidup manusia yang senantiasa memberikan solusi dan pandangan terhadap masalah yang ada di dunia. Lantas, bagaimana agama memandang krisis iklim?
Krisis iklim menjadi isu yang penting dalam kajian agama karena berbicara tentang kelestarian tempat manusia tinggal. Zaman dahulu, fenomena dan fakta tentang rusaknya alam sudah terjadi. Namun saat itu belum sampai membahayakan dunia seperti sekarang ini. Hal itulah yang menjadi penyebab mengapa di dalam agama Islam dahulu belum ada bahasan spesifik tentang kerusakan alam. Agama Islam mulai menggaungkan bahasan spesifik mengenai krisis iklim baru-baru ini, karena itu termasuk isu yang membahayakan manusia dan alam.
Dalam Al-Qur’an, kata Al-Ard—bumi—memiliki jumlah kata yang sangat banyak yaitu 450 kata. Kata salat bahkan tidak lebih dari 200, zakat sedikit, puasa tidak lebih dari 10 kata, haji pun demikian. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an memberi perhatian yang besar terhadap keselamatan bumi. Al-Qur’an sangat perhatian dengan bumi sehingga menyebut kata Al-Ard berkali-kali. Kiai Sahal Mahfudh membagi Al-Qur’an dalam 2 kelompok, yaitu 10 juz menerangkan tentang ayat teologi dan hukum, 20 juz lainnya menerangkan tentang akidah, tugas manusia, dan alam.
Penjelasan mengenai kesadaran alam sudah ada di dalam hadis riwayat Bukhari dan Ahmad. Dalam hadis tersebut tertulis, seandainya kiamat terjadi tetaplah menanam benih tumbuhan agar alam tetap selamat. Ini menunjukkan bahwa dalam kondisi apapun menanam tumbuhan sangatlah penting untuk keselamatan alam.
Pada masa nabi, ada kawasan perlindungan untuk pelestarian lingkungan hidup. Saat itu rasul mempunyai tujuan untuk melindungi suatu wilayah demi kelestariannya. Masyarakat pun boleh menggunakan kawasan tersebut tapi tak boleh merusaknya. Ini merupakan satu bukti yang menjelaskan bahwa agama selalu berperan untuk menyelamatkan bumi.
2. Bagaimana masyarakat Indonesia memposisikan agama sebagai solusi krisis iklim?
Sebetulnya perlu kita apresiasi, di Indonesia upaya pelestarian iklimnya lebih baik dan maju dibanding negara lain. Berbagai gerakan sosial dari para tokoh agama dan masyarakat sudah ada. Akan tetapi, terkadang pemerintah membuat kebijakan yang bertentangan dengan upaya masyarakat dan tokoh agama dalam melestarikan alam. Masyarakat sudah berupaya menjaga alam, namun pemerintah membuat Undang-undang atau aktivitas yang merusak alam, seperti memperbanyak tambang, perkebunan sawit, memperbanyak efek rumah kaca, dan lainnya.
Di Indonesia khususnya pesantren sudah sering memunculkan pembahasan tentang alam. Seperti membahas hukum fikih tentang menjaga alam, kelestarian air, serta membuat buku. Sudah banyak pula bahasan tentang iklim di kalangan komunitas Islam di Indonesia. Selain itu, diskusi publik serta gerakan lingkungan mengenai krisis iklim relatif banyak dilakukan. Biasanya kajian-kajian alam juga dijadikan bahan ceramah maupun siaran. Saya juga mendorong pembahasan mengenai teologi lingkungan dan filsafat lingkungan bersama kawan-kawan Paramadina dan WALHI, dengan tujuan agar isu lingkungan itu tersebar.
3. Bagaimana peran agama dalam menangani krisis iklim?
Agama berisi pesan-pesan, ajakan, perintah, larangan, serta pandangan dunia. Kita sebagai manusia perlu menggali nilai-nilai ekologis tentang alam dalam ajaran Islam, sebab hal ini sangat dibutuhkan untuk pengetahuan serta pedoman manusia. Meski begitu, yang dapat menggali atau mengkajinya hanyalah agamawan sekaligus pejuang lingkungan. Selain itu, agama punya jumlah pengikut yang sangat banyak, 80 persen orang di dunia memiliki agama dan Islam adalah agama terbesar kedua di dunia.
Setiap agama memiliki bahasan mengenai alam yang harus dilestarikan oleh manusia, bukan dirusak. Jika semua pemeluk agama paham tentang ini dan turun tangan melawan kerusakan, pasti alam akan terawat. Akan tetapi, persoalannya adalah tentang sejauh mana agama dihayati serta bagaimana manusia menghayati pesan-pesan ekologis agama. Setiap agama memiliki perintah yang selalu melibatkan sumber daya material, ini mestinya bisa diupayakan untuk menyelamatkan lingkungan dari krisis iklim.
Saat ini, zakat bukan hanya sekadar sebuah aktivitas konsumsi belaka. Secara global, zakat perlu diarahkan ke alam. Dengan melindungi alam, kita juga dapat melindungi delapan golongan orang yang wajib mendapat zakat. Jika alam terlindungi, masyarakat dapat memancing dan bercocok tanam untuk bertahan hidup. Hal ini penting disadari oleh para pemuka agama yang saat ini punya banyak jamaah.
4. Bagaimana hubungan agama dengan adanya krisis iklim?
Agama penting untuk menanamkan kesadaran kritis tentang kerusakan alam. Dalam bahasa Arab, Al-fasad yang berarti kekacauan, memiliki hubungan yang erat dengan Annas—manusia. Kerusakan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terjadi melalui tangan-tangan manusia. Al-Qur’an menggunakan kata aidinnas yang artinya beberapa tangan manusia. Tangan yang dimaksud merupakan kekuasaan, meliputi kekuasaan politik maupun ekonomi yang ada di sebuah wilayah yang kemudian rusak.
Saat ini, manusia memandang krisis iklim disebabkan karena rusaknya alam, bukan karena ulah manusia. Memahami situasi dengan kritis menjadi sangat penting, hindari melihat sesuatu dengan apatis yang berpandangan bahwa sesuatu sudah terjadi karena bawaan, perlu untuk melihat penyebab utamanya.
Negara-negara besar seperti sebagian negara Uni Eropa, Australia, Jepang, Kanada, dan Amerika merupakan penyumbang kerusakan di bumi. Negara-negara tersebut memproduksi emisi terbanyak tanpa melihat dampaknya bagi kondisi alam. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki kekuatan politik atau ekonomi yang mampu menciptakan kerusakan. Kasus seperti ini yang dimaksud aidinnas, yaitu segelintir orang yang memiliki kekuasaan lalu melakukan pengerusakan. Seseorang yang memiliki kekuasaan tinggi dapat membuat alam rusak dengan caranya sendiri.
5. Dalam agama Islam, adakah dalil yang menerangkan sekaligus mengajak seseorang untuk peduli terhadap krisis iklim?
Dalilnya banyak di Al-Qur’an, sepert surah Ar-Rum yang sering dikutip akan tetapi pemaknaannya kacau karena tidak menghubungkan antara kerusakan dengan ulah manusia. Selain itu, surah Al-Qasas 77 juga menjelaskan tentang larangan berbuat fasad. Kitab Imam Al-Isfahani menjelaskan bahwa fasad merupakan keluarnya sesuatu dari keseimbangan, baik bersifat lahir maupun batin.
Kerusakan bisa terjadi sebab segala hal keluar dari keseimbangan yang ada, biasanya terjadi karena kerusakan sistem politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Saat ini, kerusakan spiritual juga terjadi, manusia sudah banyak yang menuhankan materi hingga tak lagi melihat bahwa alam memiliki sebuah nilai. Di dalam kapitalisme, alam hanya komoditas atau sebuah alat.
Hadis juga banyak yang menerangkan mengenai alam, tetapi masih berserakan dan belum tertuju langsung ke pembahasan krisis iklim, sebab dahulu belum ada fenomena itu. Kitab Bulughul Maram menjelaskan tentang air, namun belum bicara tentang krisis air. Hal tersebut terjadi karena saat itu air masih melimpah dan manusia belum ada yang merusaknya. Adapula bab yang membahas tentang etika, bagaimana menanam pohon itu suatu hak yang harus dilakukan oleh seorang muslim.
Pernyataan itu belum dikelompokkan, akan tetapi sekarang ini, sudah ada upaya untuk menyatukan atau mengelompokkan dalil-dalil tentang alam menjadi satu. Ada seorang ahli agama sekaligus aktivis iklim membuat kitab mengenai 40 hadis hijau, kitab ini berasal dari beberapa hadis mengenai alam yang dikumpulkan menjadi satu. Ini merupakan inisiatif yang bagus dan perlu kita lanjutkan. Kita juga perlu menuliskan isu ini ke banyak media serta terus mengkampanyekan tentang ini.
6. Bagaimana seseorang meningkatkan pemahaman agamanya agar peduli terhadap krisis iklim?
Pemahaman agama dapat dimulai dari pendidikan sejak dini, baik dari keluarga maupun sekolah. Penting dimulai dari hal kecil, seperti memakan makanan dengan memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayuran. Hal ini bertujuan agar tidak membeli makanan dari luar negeri yang nantinya akan menghabiskan bahan bakar yang banyak. Contoh lainnya seperti selalu memperhatikan kebersihan lingkungan, meminimalisir penggunaan bahan bakar dengan cara rutin berjalan kaki.
Cara meningkatkan pemahaman agama dalam skala besar adalah melalui pendidikan pesantren maupun perguruan tinggi. Pendidikan mampu membangun kapasitas serta kekritisan seseorang mengenai iklim. Para pemuka dan aktivis lingkungan di Indonesia sudah mengajak orang-orang untuk peduli terhadap isu krisis iklim. Hal Ini dinilai sudah sangat baik dan dimulai dari pendidikan yang berkolaborasi dengan semua pihak.
Isu krisis iklim perlu digaungkan sekarang karena penting untuk mengedukasi masyarakat agar peduli terhadap alam. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan, sebab tahun 2050 mendatang diprediksi sebagai puncak krisis iklim hingga menyebabkan berbagai kelangkaan sumber daya alam.
7. Mengapa agama itu dianggap penting dalam menjadi solusi krisis iklim?
Agama sendiri mempunyai tiga peran untuk mengurangi krisis iklim yang terjadi di muka bumi. Pertama, peran sebagai inti ajaran Islam yang penting bagi setiap manusia agar turun tangan untuk menyelamatkan bumi. Kedua, agama berperan penting untuk menyadarkan generasi muda agar peduli terhadap krisis iklim. Ketiga, agama berperan penting dalam mewujudkan kepedulian sosial, di dalamnya selalu memerintahkan agar orang bekerja sama dan bergandengan tangan untuk menyelamatkan bumi.
8. Bisakah agama menjadi alat persuasif untuk mengajak seseorang agar peduli terhadap krisis iklim?
Agama sangat mampu mendorong seseorang untuk ikut peduli terhadap isu krisis iklim. Pada hakikatnya, semua agama membahas tentang pelestarian alam dan krisis iklim. Agama dapat menjadi alat persuasif, contohnya saat saya mengajak seseorang yang beragama katolik untuk membahas tentang laut yang dilihat dari perspektif Al-Qur’an dan hadis.
Poin utamanya, sejauh mana kita bisa paham tentang krisis iklim, lalu kita sampaikan hingga orang tersebut ikut peduli. Peningkatan edukasi pendidikan seseorang sangat penting, agar setiap orang yang paham agama, mampu membahasakan dan mengajak seseorang agar sadar dan peduli terhadap bahayanya krisis iklim.
Reporter: M. Naufal Waliyyuddin
Editor: Haya Nadhira