Judul : The Art of Racing in the Rain, Enzo
Penulis : Garth Stein
Penerjemah: Ary Nilandari
Penerbit : Serambi
Isi : 408 halaman
Terbit : I, April 2009
ISBN : 978-979-024-150-3
“Aku selalu merasa hampir manusia. Aku sudah tahu ada sesuatu dalam diriku yang berbeda dari anjing-anjing lain. Memang, aku dimasukkan ke dalam tubuh seekor anjing, tapi itu hanya kulit luar. Di dalamnyalah yang penting. Jiwa. Dan jiwaku sangat manusiawai”(h. 11).
Anjing merupakan salah hewan yang banyak dipilih manusia untuk dipelihara. Membincang anjing sebagai hewan peliharaan, berarti membincang juga tentang kesetiaan, seperti pada novel The Art of Racing in the Rain, Enzo.
Dalam novel itu diceritakan bahwa Enzo adalah anjing peliharaan Denny. Ia dipelihara sejak masih kecil. Sehingga, Enzo telah menjadi teman bagi Denny dalam segala peristiwa. Ia sangat mengetahui jatuh bangun karier Denny di dunia balapan dan perjalanan suka duka kehidupan Denny beserta keluarganya.
Enzo adalah seekor anjing yang gemar menonton televisi, khususnya program National Geographic dan F1. Dari program-program tersebut, Enzo mendapat banyak pengetahuan tentang manusia.
Sedangkan melalui Denny, Enzo belajar banyak tentang kehidupan manusia. Majikannya itu mengajarkan, sama halnya dengan balapan, menjalani hidup juga perlu taktik. Agar menjadi pemenang, baik di dunia balapan maupun di kehidupan, seseorang membutuhkan taktik yang jitu.
Semua pengetahuan tentang kehidupan manusia, akan menjadi bekal bagi Enzo dikehidupannya kelak. Enzo percaya, ketika seekor anjing selesai menjalani kehidupannya, reinkarnasi berikutnya adalah sebagai manusia.
Novel yang terdiri dari 408 halaman tersebut ditulis dengan menggunakan sudut pandang orang pertama. Yang menarik, orang pertama dalam novel ini adalah Enzo. Jadi, “aku” dalam novel tersebut adalah seekor anjing. Selain itu, penulis novel ini pun mampu menggabungkan cerita tentang dunia balapan dan kehidupan keluarga tanpa tumpang-tindih.
Penulis juga membagi cerita ke dalam 58 bab. Kendati demikian, setiap bab hanya terdiri dari beberapa lembar saja. Dengan begitu, banyaknya bab tidak membuat pembaca bosan.
Di samping itu, novel ini juga ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan mengalir. Sehingga, novel tersebut mudah dipahami. Alur mundur yang digunakan pun tidak membuat pembaca menjadi bingung. Hal tersebut, justru membuat pembaca menjadi penasaran dan ingin terus membaca. (Siti Ulfah Nurjanah)
Average Rating