Jadi Idola? Siapa Takut

Read Time:1 Minute, 33 Second
UIN Jakarta, INSTITUT— Setiap manusia mengalami proses dalam menjalani kehidupan. Baik proses pencarian jati diri dan perubahan yang selama ini mereka alami. Semua itu sebagai penanda bahwa sesungguhnya itulah yang dinamakan kehidupan. Jika kamu takut berubah maka engkau akan tetap hidup dalam kemiskinan jiwa dan hati. Karena sesuatu yang pasti adalah perubahan itu sendiri.
 Hal di atas disampaikan Dik Doank kepada peserta yang hadir dalam acara “The Fans and The Idol, Anak Muda Cari Apa Sih?” di Aula Student Center (SC), Rabu (4/9). Selain mencintai sebuah proses, Dik Doank juga mengajari bagaimana seharusnya kita mengidolakan seorang idola. Sebelum mencontoh orang yang diidolakan, ia menyarankan untuk terlebih dahulu mengenali diri sendiri.
Menurut Dik, semua orang pantas menjadi idola, bahkan diri sendiri. “Yang pantas jadi idola adalah orang yang pandai bersilaturahmi, dan pandai bergaul karena hal itulah cikal bakal seorang pemimpin,” katanya.
Tak hanya mencintai proses, ia menuturkan kepada mahasiswa sebagai seorang remaja sebaiknya bersikap plinplan. “Kalau kamu masih muda jadilah orang yang plinplan saja. Mencoba segala sesuatu selama itu positif, karena segala yang kamu coba akan jadi wawasan,” tutur Dik Doank.
Seseorang yang ingin menjadi idola dan mengidolakan orang lain haruslah memiliki jati diri. Ia juga mencontohkan ciri seseorang yang memiliki jati diri yaitu orang yang tidak pernah membicarakan orang lain.
Sementara itu, dosen psikologi UIN Jakarta, Risatianti menjelaskan bagaimana sebaiknya dalam mencontoh atau mengidolakan orang lain. Baginya, mencontoh adalah termasuk memilih jati diri. “Kalau punya idola liat dulu dari sisi kebaikannya,” ujarnya. Tak ada salahnya mengidolakan orang lain, selama hal tersebut memberikan hal yang positif.  Ia menegaskan tak usah takut punya idola.
Sama halnya dengan Risatianti, Seto Mulyadi atau yang biasa disapa Kak Seto menjelaskan perlunya penanaman jati diri terhadap remaja. Hal tersebut bisa menjadikan remaja kreatif. Ia pun menyarankan dalam mendidik remaja sebaiknya tidak melakukan sikap kekerasan. Sebaliknya, dalam mendidik  kita harus melakukan semua dengan cinta. (Ela)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Institusi Pendidikan Bukan Hotel Prodeo
Next post Rumah Sakit Jiwa Bukan Penjara