Menjelajahi Islam di Eropa

Read Time:1 Minute, 59 Second
UIN Jakarta, INSTITUT – Keberadaan muslim di Eropa terbilang minoritas. Meski begitu peradaban Islam di benua biru ini tak luput dari catatan sejarah. Mungkin tak banyak yang tahu, jika Eropa menyimpan sejuta misteri tentang Islam. Hal itulah yang disampaikan pada acara “Bedah Film (Behind the scene) 99 Cahaya di Langit Eropa,” di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta, Rabu (30/10).
Menurut Hanum Salsabiela Rais, sebagai penulis buku tersebut, ia ingin bercerita tentang peradaban sejarah Islam di Eropa. “Film ini perjalanan spiritual saya dalam menemukan sebuah peradaban Islam yang luar biasa di Eropa,” ujanya. Bila dibandingkan dengan Indonesia, Hanum mengungkapkan, Islam lebih lama dikenal di Eropa yakni selama 850 tahun.
Hanum menuturkan, banyak tempat di Eropa yang telah membuat keyakinannya terhadap Islam semakin kuat. Hal tersebut diceritakan Hanum ketika ia mengunjungi Museum Louvre, Pantheon, Gereja Notre Dame dan Les Invalides, tempat di mana ia menyaksikan kerukunan umat beragama.
Menurut Hanum, di tempat tersebut manusia bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, tanpa tindak kekerasan. Karena itulah di dalam buku tersebut, ia ingin menunjukkan Islam sebagai Agama rahmatan lil’alamin
Senada dengan Hanum, Dewi Sandra yang memerankan Marion Latimer seorang mualaf yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris, merasakan kekagumannya terhadap Islam semakin besar setelah mengunjungi Museum Louvre. “Di museum tersebut ada satu lukisan Bunda Maria dan Nabi Isa, kalau kita cermat memandangnya, di atas ikat kepala Bunda Maria terdapat lafadz lailahailallah,” ujarnya sumringah.
Hal senada diungkapkan Dian Pelangi, setelah membaca buku karangan Hanum tersebut. Dirinya mengaku ingin menjadi seorang muslim yang baik, setelah melihat bagaimana perjuangan umat muslim yang menjadi minoritas di Eropa.
Tak hanya bercerita sisi historis bangunan tua di Eropa, Hanum menuturkan, buku perdananya tersebut menceritakan tentang dilema yang dirasakan seorang pelajar asing di negeri orang. Hal tersebut tergambar dalam karakter Rangga yang diperankan Abimana Aryasatya, yang berjuang sebagai muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari di Eropa.
Terinspirasi dari buku 99 Cahaya di Langit Eropa, Guntur Soeharjanto sebagai sutradara, terpanggil untuk memvisualisaikan buku tersebut menjadi film. “Ada satu hal terbesit dalam pikiran, film ini harus disampaikan, ini kan sama saja  dengan berdakwah,” ungkapnya, Rabu (30/10).
Acara talkshow yang berlangsung selama satu jam lebih itu turut dihadiri para pemain film 99 Cahaya Dilangit Eropa, Hanum Salsabiela Rais sebagai penulis, Acha Septriasa sebagai Hanum, Abimana Aryasatya sebagai Rangga, Dewi Sandra sebagai Marion Latimer, Dian Pelangi, dan Gecchae, serta menghadirkan sutradara Guntur Soeharjanto. (Ela)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Membincang HAM dengan Perspektif Islam
Next post Kejuaraan, Tandai Kebangkitan Tapak Suci UIN Jakarta