Perisai Diri Bukan Ajang untuk Membunuh

Read Time:1 Minute, 10 Second

Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta menjadi tuan rumah dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) antarperguruan tinggi ke-24 di Student Center pada 22-27 November. Kejuaraan ini diikuti oleh 35 universitas se-Indonesia, di antaranya, Universitas Gajah Mada, Institut Seni Indonesia, Universitas Airlangga, dan Universitas Udayana.

Menurut Ketua Divisi Silat Perisai Diri UIN Jakarta, Anisa Aristiani, kejurnas ini diadakan setiap tahun untuk memperebutkan piala presiden republik Indonesia. “Dalam kejuaraan ini, peserta memperebutkan piala presiden republik Indonesia,” ujarnya, Selasa (26/11).
Anisa menamba

hkan, kejurnas ini dapat membuktikan jika silat perisai diri di UIN Jakarta masih cukup diminati. Selain itu, lanjutnya, kejurnas juga sebagai ajang pembuktian bahwa perisai diri di UIN Jakarta banyak prestasinya.

Dalam kejuaraan tersebut, tambah Anisa, ada sekitar 400 peserta yang ikut serta. Yang dilombakan dalam kejurnas ini di antaranya adalah kerapihan teknik berpasangan, kerapihan teknik beregu, fight, serang hindar, dan senjata bebas. Anisa berharap, kejurnas ini dapat membangun silaturahmi para atlet se-Indonesia. 
Menurutnya, silat perisai diri tidak hanya berkembang di kancah nasional, tapi juga internasional, seperti Selandia Baru, Belanda, Jerman, Australia, dan Belgia. “Kejurnas juga sebagai persiapan untuk ajang Perisai Diri International Championship (PDIC),” paparnya. 
Dwi Ramadhonny, peserta kejurnas perisai diri mengatakan, perisai diri bukanlah ajang untuk saling menyakiti dan membunuh tapi merupakan ajang untuk berprestasi dan bersilaturahmi. Ia juga berharap, agar para wasit bisa menilai secara objektif. “Banyak pertandingan yang tidak fair, contohnya hitungan agak beda,” ujarnya. (Gita Nawangsari)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Syiah dan Ahmadiyah bukan Penodaan Agama
Next post Hadapi Globalisasi, Masyarakat Dituntut Berbahasa Asing