Read Time:1 Minute, 32 Second
Kekerasan terhadap minoritas agama di Indonesia, Ahmadiyah dan Syiah terus terjadi. Tempo lalu, pengikut Syiah diusir dari tempat tinggalnya, Sampang, Jawa Timur. Tak jauh berbeda, jemaat Ahmadiyah pun sering mendapat serangan. Tak jarang tempat ibadah mereka dihancurkan. Kekerasan terjadi karena Syiah dan Ahmadiyah dicap sebagai penoda agama.
Menurut Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Febi Yoneza, Ahmadiyah dan Syiah hanya merupakan perbedaan tafsir agama. Tidak dapat dikategorikan sebagai penodaan agama.
“Apa yang disebut penodaan agama itu lebih pada syiar kebencian dan mengencingi kitab suci. Bukan perbedaan pandangan,” ujarnya dalam Seminar Nasional Syiah dan Ahmadiyah dalam perspektif HAM: Usaha Perlindungan Hak Minoritas di Indonesia. Kamis (14/11).
Dalam seminar yang diadakan Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Febi menegaskan, siapapun yang memandang Ahmadiyah dan Syiah sebagai penodaan agama merupakan kriminalisasi keyakinan dan keberagamaan. Selain itu, memaksa seseorang untuk pindah keyakinan dan melakukan tindakan anarkis terhadap jemaat lain dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat.
Febi menegaskan, kebebasan berfikir, berserikat, mengeluarkan pendapat, berkeyakinan dan beragama adalah hak setiap individu. Tidak ada yang boleh mengintervesi. “Seseorang beragama atau tidak harus dihargai dan dihormati. Tidak boleh dipaksa,” ucapnya.
Senada dengan Febi, salah satu anggota Ahlul Bait Indonesia Abdullah menegaskan, Syiah bukan penodaan agama. Kelompok Syiah tetap percaya pada satu Tuhan, yakni Allah. Meskipun ada beberapa pendangan yang berbeda, Abdullah mewajarkan hal tersebut. “Setiap orang lahir dengan isi kepala yang berbeda. Tentu menghasilkan pemikiran yang berbeda pula,” tuturnya.
Selain itu, Abdullah menghimbau agar mahasiswa yang notabene berwawasan luas tidak mudah melabelkan kafir, sesat, ahli neraka, dan sejenisnya pada individu atau kelompok agama. selain itu, mahasiswa diharapkan lebih bijak lagi dalam memahami pemberitaan yang ada.
“Saya optimis, kami, para jamaat Ahmadiyah dan Syiah bisa hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya. Saya yakin suatu saat nanti masyarakat Indonesia bisa saling menghargai dan menghormati perbedaan,” ucap Zafrullah Ahmad, salah satu anggota Ahmadiyah. (Rohim Al-ayubbi)
Average Rating