Read Time:2 Minute, 31 Second
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 berlangsung ketat. Dua Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) saling sikut untuk menjadi pemenang dalam ajang lima tahunan ini. Di sisi lain, Pilpres pun merupakan ladang yang subur untuk mencari uang tambahan bagi para mahasiswa.
Selain ikut berpartisipasi dengan memilih, pada Pilpres kali ini, mahasiswa juga bisa mendapat keuntungan finansial. Misalnya, dengan berperan aktif mengikuti deklarasi, quick count, atau bahkan ada yang menjadi tim sukes (timses) salah satu kandidat Capres-Cawapres.
Dhiauddin salah satunya. Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Jakarta itu menuturkan, kali ini ia ikut berperan aktif dalam Pilpres dengan bergabung menjadi tim survei salah satu kandidat Capres-Cawapres. Dari kegiatan tersebut ia bisa mendapatkan bayaran hingga Rp 400 ribu. Selain uang, menurut Dhiauddin, ia juga bisa mengambil pelajaran seperti teknis-teknis dalam menyiapkan Pilpres.
Selain Dhiauddin, mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika (BSI), Khoirul Umam mengatakan, ia bersedia menjadi tim sukses salah satu kandidat Capres-Cawapres juga karena alasan finansial. “Saya mau menjadi koordinator tim sukses salah satu kandidat karena lumayan hasilnya, minimal bisa dapat Rp 900 ribu dengan kerja yang tidak memakan waktu,” tuturnya, Selasa (8/7).
Lain lagi Yusuf Ramadhan, mahasiswa yang juga ikut dalam pendeklarasian dan sebagai tim relawan salah satu kandidat. Menurutnya, anggapan kalau mahasiswa mencari uang pada ajang Pilpres itu sedikit keliru. “Mengikuti deklarasi dan menjadi tim relawan adalah bukti nyata saya dalam mengambil sikap dalam mendukung salah satu kandidat, bukan hanya karena uang,” ucap Mahasiswa Tafsir Hadits UIN Jakarta itu.
Namun, ia tidak membantah jika masih ada mahasiswa yang menjadikan Pilpres sebagai ajang mencari uang. Ia mengatakan, jika menjadi tim survei, minimal mahasiswa bisa mendapatkan Rp 1,5 juta dalam 15 hari atau Rp 50 ribu untuk sekali deklarasi. “Dari segi pragmatis, mahasiswa banyak mencari untung pada Pilpres dan hal itu tidak bisa dinafikan,” tambah Yusuf, Kamis (10/7).
Menanggapi fenomena di atas Dosen Ilmu Politik UIN Jakarta, Zaki Mubarak beranggapan, tidak menjadi persoalan jika mahasiswa mendapatkan honor setelah menjadi relawan dan tim quick count. “Tentu pikiran, tenaga dan waktu banyak tersita, kalau tidak diberi honor malah aneh,” ucapnya, Jumat (11/7).
Sikap Mahasiswa dalam Pilpres
Bagi Zaki, bukanlah masalah jika mahasiswa bergabung dan ikut membantu salah satu kandidat. Lebih jauh lagi, menurutnya, malah seharusnya mahasiswa Ilmu Politik terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. “Sebab, misalnya, survei timses merupakan kegiatan yang mampu melatih penajaman dalam metode penelitian politik yang mereka pelajari di kelas,” ujarnya.
Zaki menilai, kegiatan seperti ini sangat bagus bagi mahasiswa. Namun, Zaki melarang mahasiswa untuk melakukan black campaign pada Pilpres demi mendapatkan keuntungan pribadi. Karena, menurutnya, mahasiswa harus mengedepankan kaidah akademik.
Zaki menambahkan , selain harus aktif, mahasiswa juga harus kritis agar tidak mudah dimanipulasi dan digunakan sebagai mesin politik oleh Partai Politik (Parpol). Di samping itu, jika mahasiswa itu kritis, mereka akan mapu memberi penerangan kepada masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam pemilu dan perlunya pilpres damai.
“Dengan aktif dan kritis mahasiswa juga dapat menjelaskan dengan ilmiah kelebihan serta kekuarangan masing-masing kandidat, sehingga mahasiswa mampu memberikan pencerahan kepada masyarakat,” ungkap Zaki.
YA
Average Rating