Mengungkap Invasi Indonesia di Timor-Timur

Read Time:2 Minute, 48 Second
Pada tahun 1975, Timor Timur—sekarang Timor Leste— mendeklarasikan kemerdekaannya setelah 400 tahun dijajah Portugis. Namun, selang sembilan hari dari pendeklarasian, Indonesia menginvasi negara kecil itu. Indonesia mengklaim Timor Timur adalah wilayah yang tak bertuan, sehingga Indonesia dapat merebutnya untuk menjadi bagian dari bumi pertiwi.

Pertumpahan darah terjadi di Balibo, wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Timur. Lima jurnalis dari Australia dikabarkan menghilang ketika sedang meliput kedatangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)—yang sekarang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI)— di Balibo. Kabar menghilangnya lima jurnalis mendorong Roger East (Anthony La Paglia) yang juga jurnalis dari Australia untuk mencari lima kolegannya itu.

Roger East mendapat kabar hilangnya jurnalis Australia dari Jose Ramos Horta (Oscar Issac) Pemimpin Griliyawan Fertilin, salah satu faksi yang mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur. Horta meminta Roger meliput kerusuhan yang terjadi di Balibo. Meski mulanya menolak, Roger akhirnya mau setelah tahu Horta adalah Pemimpin Fertilin.

Roger mulai mengusut kasus hilangnya lima jurnalis dari berkas yang diberikan Horta. Berkas itu berisi dokumen-dokumen, foto, dan biodata tentang lima jurnalis yang hilang. Selama mencari informasi Roger selalu ditemani Horta. Kedekatan Roger dengan Horta berbuah manis. Salah satu Pejuang Fertilin, Ximines (Carlos Filipe) mengungkapkan kelima jurnalis itu menghilang setelah pergi ke Balibo tiga minggu lalu.

Invasi ABRI membuat rakyat Timor Timur yang berada di wilayah dekat perbatasan pergi ke Dili, tempat markas Fertilin berada. Mendengar hal itu, Horta menyiapkan pasukan agar tetap bersiap saat Indonesia mulai menyerang Dili.

Meluasnya invasi Indonesia tak membuat Roger gentar. Ia yakin lima koleganya masih hidup. Dia bertekad untuk pergi ke Balibo, meski Horta mengacam tidak akan menemaninya pergi ke Balibo. Keinginan keras Roger akhirnya membuat Horta setuju dan menemani Roger ke Balibo dengan berjalan kaki. Setelah menempuh jarak 126 kilometer dari Dili ke Balibo, mereka pun sampai di tempat tujuan.

Pencarian Roger bersama Horta diselingi adegan lima jurnalis Australia ketika pergi ke Balibo. Saat itu, penyerangan di Balibo baru sekadar ancaman belaka. Kelima jurnalis itu tetap kekeuh meliput keadaan Balibo walau keselamatan mereka terancam.

Akhirnya, saat lima jurnalis itu sedang meliput keadaan Balibo, tiba-tiba mereka diserang granat dari ABRI. Wilayah yang sedang mereka liput seketika hancur lebur. Kelima jurnalis itu berlari untuk mencari tempat persembunyian. Meski tempat persembunyian mereka akhirnya diketahui pula.

Kelima jurnalis itu dibantai dan dihabisi. Jenazah-jenazah mereka ditumpuk dan dibakar di dalam rumah persembunyian. Hingga, Roger dan Horta yang datang empat minggu setelahnya hanya menemukan sisa-sisa dari reruntuhan ledakan dan darah-darah yang telah mengering.

Penyerangan ABRI ke Dili yang berujung pada kematian Rogerdi Hotel Turismo menutup film yang dirilis pada 2009 ini. Akhirnya, Timor Timur menyerah pada Indonesia dan gagal mempertahankan kemerdekaannya.

Film dengan genre trhiller ini merupakan ulasan dari kisah nyata di Timor Timur. Melalui film Balibo, sutradara Robet Connolly mencoba mengungkapkan sejarah yang tersembunyi selama lebih dari 40 tahun. Lewat karyanya, Robet ingin membuka mata dunia agar sadar dengan tragedi yang telah banyak merenggut hak asasi manusia di Timor Timur.

Film yang memenangkan penghargaan Best Australian Film pada Australian Film Critics Association di tahun 2009 dilarang beredar di Indonesia oleh Lembaga Sensor Film. Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu,Marty Natalegawa menyatakan pelarangan itu bertujuan untuk menghindari pandangan negatif dunia terhadap Indonesia.
ABRI juga mendukung pelarangan itu, lantaran dapat merusak hubungan Indonesia dengan Timor Leste dan Australia. ABRI pun mengklarifikasi kelima jurnalis meninggal karena tertembak dalam baku tembak bukan karena ditembak ABRI.
Untuk lebih jelasnya, simak thriller-nya berikut:
Jannah Arijah

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Deradikalisasi Islam
Next post Kiprah Sang Pemikir Rasional