Akhir Pemberontakan Berujung Perjuangan

Akhir Pemberontakan Berujung Perjuangan

Read Time:2 Minute, 56 Second
Akhir Pemberontakan Berujung Perjuangan


Judul: Lingkar Tanah Lingkar Air
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2015
Tebal: 168 halaman

Pemerintah Indonesia pada 1946 berada dalam tahap pemulihan, membentuk Tentara Republik yang siap menghadapi Belanda. Menghadapi pergolakan perang yang terjadi, Tentara Republik membutuhkan bantuan para pemuda. Tokoh agama turut berperan dalam hal ini, salah satunya Kyai Ngumar yang berhasil membawa anak didiknya di pesantren untuk bertempur melawan Belanda. Banyak pemuda kampung turun ke dalam kancah perjuangan bersenjata. Pemuda pejuang terdiri dari Amid, Kiram, dan pemuda lainnya di bawah naungan Hizbullah.

Perjuangan mereka berhasil. Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia (RI) secara resmi. Setelah Indonesia merdeka, keluar perintah agar pasukan Hizbullah meleburkan diri ke dalam Tentara Republik atau membubarkan diri dan kembali ke kehidupan normal dalam masyarakat. Amid—pemuda yang memiliki tekad besarbermimpi menjadi bagian dari tentara resmi negara. Atas arahan dari Kiai Ngumar, Amid dan pemuda lainnya bersedia diangkut dengan kereta untuk pergi ke Purwokerto dan dilantik secara resmi.

 Namun,sebuah peristiwa membelokkan tekadnya. Dalam pengangkutan kereta, anggota Hizbullah justru diserang dengan serangkaian peluru. Guna menepis serangan itu, mereka membalas dengan menembak dan bertempur serempak. Merasa telah dikhianati, anggota Hizbullah pergi menuju ke Somalangu dan pada akhirnya Amid beserta pemuda lainnya memilih bergabung dan masuk menjadi anggota laskar Darul Islam / Tentara Islam  Indonesia (DI/TII) yang menentang Pemerintah RI. Organisasi Darul Islam ini menjadi buronan pemerintah karena sering berbuat kisruh dan fatalnya, memiliki visi tuk membentuk negara baru yang berlandaskan Islam. Meskipun telah ditetapkan bahwa pemerintah republiklah yang sah.

Tentara Republik menganggap Amid, Kiram, dan pemuda lainnya sebagai pemberontak. Seiring berjalannya waktu, kekuatan Darul Islam semakin lama semakin melemah. Bahkan, anggota Darul Islam semakin hari semakin menipis karena sebagian anggotanya tewas bertempur. Dalam pertempuran melawan pemerintah, Amid seringkali diombang-ambingkan rasa bersalah oleh karena pasukannya sering memerangi warga seagama. Pergolakan batin terjadi dalam diri di mana segala hal nista yang telah dilakukannya diatasnamakan Islam, mulai dari merampok hingga membunuh para Tentara Republik.

Pada Juni 1962, datang seorang anggota Darul Islam yang bermarkas di wilayah Gunung Slamet untuk membawa kabar tertangkapnya Khalifah DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo dan memberitahu pesan dari khalifah tersebut untuk menyerukan seluruh laskarnya menyerahkan diri dengan jaminan pengampunan nasional yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI. Mendengar kabar tersebut, Amid, Kiram, dan kawan lainnya dibuat bimbang. Setelah perdebatan diantara rekannya yang lain. Namun, pada akhirnya mereka memutuskan untuk mematuhi seruan tersebut.

Keeseokan harinya, Amid beserta kawan lainnya pergi menuju Porwokerto kemudian diangkut ke sebuah penampungan. Selama sebulan, mereka mendapat indoktrinasi dan kegiatan-kegiatan yang lain. Usai menjalani segala macam kegiatan di sana. Pada akhirnya, Amid, Kiram, beserta teman lainnya dibebaskan dan dikembalikan ke kampung halamannya. Mereka pun merasakan makna hidup dengan keluarga.

Tiga tahun berselang, Amid, Kiram dan kawan-kawan lainnya diminta oleh tentara untuk membantu menumpas pasukan komunis yang bertahan di hutan jati. Mereka memberi informasi mengenai pasukan komunis yang berbasis disekitar hutan jati kepada tentara dan menjadi petunjuk jalan bagi Tentara Republik dalam operasi menangkap pasukan komunis. Mereka kembali mengangkat senjata, atas nama Tentara RI, mereka bersama tentara bertempur menumpas pasukan PKI. Hingga akhir cerita, Amid meninggal dunia dalam medan peperangan melawan PKI.

Novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari ini menarik untuk dibaca karena menggambarkan sebuah peristiwa sejarah selama kemerdekaan Indonesia. Dengan membaca novel ini, kita tahu sedikit tentang sejarah DI/TII. Selain itu, novel ini juga menyiratkan nasihat-nasihat bijak dari kiai yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan, seperti pesan Kiai Ngumar yang selalu mengajarkan anak didiknya untuk cinta tanah air dan nyalakan api semangat tuk berjuang di medan perang melawan Belanda.

Ika Titi Hidayati

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Ketika Etika Dipidana Previous post Ketika Etika Dipidana
Telaah Takrif ‘Islam Kaku’ Next post Telaah Takrif ‘Islam Kaku’