May, Perihal Kekerasan Seksual dan Trauma Korban

May, Perihal Kekerasan Seksual dan Trauma Korban

Read Time:2 Minute, 58 Second

May, Perihal Kekerasan Seksual dan Trauma Korban

Genre : Drama

Tahun Rilis : 2019

Sutradara : Ravi Bharwani

Produksi : Rayya Makarim

Durasi : 112 Menit

Skor : 8.1/10 (IMDb)

Kekerasan seksual sedang menjadi sorotan publik. Sebagian besar kasus tersebut terjadi di lingkungan akademik. Namun, yang muncul di hadapan publik, hanyalah sebuah fenomena gunung es, karena masih banyak kasus kekerasan seksual yang belum terpublikasi.

Kasus kekerasan seksual menjadi lebih penting untuk dapat diatasi dengan tuntas. Karena dampak dari kejadian tersebut, membuat korban kekerasan seksual  mengalami trauma. Hal ini tentunya sangat berdampak pada kesehatan fisik dan mental korban.

Untuk menggambarkan trauma yang terjadi pada korban kekerasan seksual, film 27 Steps of Maymengangkat kisah tentang seorang remaja perempuan yang mengalami kekerasan seksual. Dengan mengambil perspektif korban, film ini bercerita mengenai bagaimana seorang korban kekerasan seksual berjuang untuk hidup bersama trauma yang dimilikinya. May (Raihaanun) sebagai tokoh utama dalam film, merupakan anak perempuan satu-satunya yang tinggal berdua dengan bapaknya. May menjadi korban kekerasan seksual pada tahun 1998. Namun, delapan tahun kemudian setelah kejadian tersebut, trauma yang dialami May belum juga pudar dari ingatannya.

Bagi seorang korban kekerasan seksual, pasti tak mudah untuk melupakan kejadian kekerasan yang dialaminya. Seperti May yang harus hidup bersama trauma yang dideritanya akibat kekerasan seksual yang pernah ia alami. Sejak kejadian itu, May memilih untuk tidak pernah keluar dari kamarnya dan membatasi komunikasi dari semua orang termasuk bapaknya.

Ketika ingat kejadian pelecehan tersebut, May melampiaskan trauma yang ia miliki dengan cara melukai tangannya menggunakan silet (self harm). Ini menggambarkan bagaimana korban kekerasan seksual harus melawan diri dari peristiwa yang tidak diinginkannya.

Puncak dari film ini adalah saat May berusaha untuk melawan trauma yang ia alami dengan berusaha keluar dari kamarnya. Pada saat itu, di dekat rumah May tengah terjadi kebakaran, sehingga ia dan bapaknya harus keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri. Namun sayangnya, memori luka kekerasan seksual yang pernah terjadi pada diri May, membuat ia tidak berani untuk sekadar melangkahkan kaki dari kamarnya. Pada saat itu, May berusaha sekuat tenaga melawan ingatan yang menyakitkannya tersebut, tapi ia tak sanggup untuk mengendalikan diri. Nampaknya, luka kekerasan seksual delapan tahun silam tersebut, menjadi pukulan terbesar dalam hidup May.

Pada bagian akhir cerita, May memeluk bapaknya seraya mengatakan “Bapak nggak salah” menggambarkan perdamaian dalam diri tokoh dan membuat akhir film menjadi lebih berkesan. Hadirnya tokoh tak terduga, yaitu seorang pesulap juga membantu film ini menjadi tidak terlalu suram dan dapat dipahami, bahwa korban kekerasan seksual sangat butuh support system untuk menghadapi traumanya.

Dalam film ini juga menceritakan dampak kekerasan seksual terhadap orang terdekat korban. Ayah May tidak tahu harus bagaimana menyikapi perubahan psikis anaknya. Ditambah kondisi May yang membatasi diri dari semua orang di luar kamar, yang membuat ayah May terpuruk dan melampiaskan rasa bersalahnya di ring tinju ilegal.

Meski framing yang diambil lebih banyak di rumah, film ini tetap tidak membuat bosan penonton, karena adanya penempatan scene yang sesuai, seperti bagaimana pergantian scene saat bapak May berada di arena tinju ilegal setelah banyaknya adegan di dalam rumah. Selain itu, karakter May yang tidak ingin berbicara dengan siapa pun membuat dialog yang digunakan menjadi lebih sedikit, namun hal tersebut dapat diimbangi dengan penggambaran dari aktivitas yang dilakukan sehingga membantu penonton untuk lebih mengerti suasana dalam film. 

Film ini tayang perdana pada 15 Februari 2019 di Plaza Indonesia Film Festival dan sudah dirilis sebelumnya oleh Jogja NETPAC Asian FIlm Festival tahun 2019. Sejak dirilis pertama kali, 27 Steps of May masuk dalam beberapa nominasi di dua penghargaan. Salah satunya adalah Festival Film Indonesia tahun 2019, 27 Steps of May masuk nominasi dalam sembilan kategori, dan mendapat penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik.

ST

 

 

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Ranita Bantu Korban Semeru Previous post Ranita Bantu Korban Semeru
Peduli Sesama, Aksi Sukarelawan Tanggap Bencana Next post Peduli Sesama, Aksi Sukarelawan Tanggap Bencana