Awalnya, Sistem Satu Arah diterapkan di ruas jalan Viktor sebagai solusi masalah kemacetan. Alih-alih menjadi solusi, justru memperparah kemacetan pada jam-jam tertentu dan ditambah tidak konsistennya petugas menerapkan sistem ini.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan menetapkan Aturan Sistem Satu Arah (SSA) pada Ruas Viktor, Kecamatan Setu, Kamis (3/2). Aturan tersebut dirancang oleh Dinas Perhubungan (Dishub) sebagai solusi untuk menghindari kemacetan. SSA diberlakukan pada Senin hingga Jumat pukul 07.00–09.00 dan 16.00–18.00.
Sebelum diberlakukan SSA, menurut Dishub Tangerang Selatan, ruas viktor tidak mampu menampung volume kendaraan dari arah Bogor sehingga menyebabkan kemacetan berkepanjangan. Namun, setelah setengah bulan diberlakukannya SSA, nyatanya ruas jalan tersebut masih saja padat terutama pada jam sibuk kerja.
Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (ITI), Lukman mengatakan, bahwa perjalanan dari rumahnya ke kampus semakin jauh karena harus memutar arah. “Biasanya berangkat ke kampus hanya 10 menit sekarang jadi 30 menit karena harus putar arah,” ungkap Lukman, Senin (13/03).
Selain itu, pengemudi ojek online, Dosol merasakan dampak langsung dari SSA ini karena harus berputar arah lebih jauh. ” Saya harus memutar lebih jauh dari lokasi biasanya, tapi terkadang pelanggan tidak ingin tahu dan maunya cepat sampai,” kata Dosol, Senin (13/3).
Di satu sisi, Dosol mengharapkan adanya lampu merah untuk mengatur volume kendaraan. Menurutnya, lampu merah lebih efektif dibandingkan SSA. “Pagi hari kendaraan dari arah Bogor sangat padat. Seharusnya ada lampu merah sebagai pengatur volume kendaraan,” kata Dosol. Senin (13/3).
Hal ini senanda dengan sopir angkot, Rojali, menurutnya SSA hanya bentuk formalitas saja sebab diberlakukannya hanya di jam sibuk kerja. ” Pemberlakuan SSA terlihat hanya formalitas saja karena penerapannya tidak lebih dari 5 jam petugas sudah tidak ada,” ungkap Rojali Senin (13/3).
Selain itu, Rojali juga mengatakan bahwa Dinas Perhubungan (Dishub) Tangerang Selatan belum konsisten dalam memberlakukan SSA. “Hal itu terbukti dengan penghapusan SSA saat sore hari,” tutur Rojali, Senin (13/3).
Rojali menambah petugas yang ada dilapangan terkadang tidak ada dilokasi untuk mengarahkan jumlah personil mereka sedikit “jumlah petugas mereka sangat sedikit terkadang tidak ada dilapangan untuk mengatur lalulintas, ungkapnya Senin (13/3).
Mengenai polemik SSA, Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Tangerang selatan, Arif Afwan Taufan membenarkan pihaknya masih mengevaluasi penerapan SSA “Mengenai saran masyarakat tentu kita tampung. Pihak kami terus melakukan evaluasi pada proses penerapan SSA, semuanya sudah kami laporkan dalam rapat Forum Lalu Lintas Provinsi Banten,” ujar Arif, Senin (13/3).
Selanjutnya, Arif juga mengatakan ruas jalur di Tangerang Selatan sangat sempit karena sudah banyak pemukiman dan membutuhkan biaya yang besar untuk relokasi ruas jalan Viktor. “Volume kendaraan terus meningkat setiap tahun, sehingga SSA menjadi solusi dibandingkan perluasan jalan yang memakan biaya cukup besar,” ungkap Arif, Senin (13/3).
Arif menyatakan bahwa pihaknya sudah mengajukan pembangunan lampu merah di Simpang Viktor kepada Dishub Provinsi Banten sebagai solusi peredam kemacetan. Namun, belum ada tanggapan dari pihak Provinsi mengenai usulan ini. “Mereka yang lebih berwenang sedangkan kita hanya pelaksanaan saja,” pungkasnya, Senin (13/3).
Reporter: BAP
Editor: Febria Adha Larasati