Gemar Baca, Berujung Timbun Buku

Gemar Baca, Berujung Timbun Buku

Read Time:3 Minute, 4 Second
Gemar Baca, Berujung Timbun Buku

Perilaku bibliomania akibatkan banyak buku yang menumpuk dan tidak terbaca. Meski begitu, keberadaan buku-buku tersebut dapat membangun kebiasaan membaca jika dimanfaatkan dengan baik.


Bibliomania atau tsundoku adalah kebiasaan membeli dan menumpuk buku tanpa membacanya. Fenomena ini merujuk pada perilaku mengumpulkan buku secara berlebihan tanpa niat untuk membaca yang sering kali menyebabkan menumpuknya buku di rak. Dengan demikian, fenomena tsundoku menjadi tantangan dalam mengelola koleksi buku yang terus bertambah.

Berdasarkan studi oleh Anis Masruri dan Fina Maulidina, Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, seseorang bisa menjadi biblioholisme jika ia mengidap hasrat yang berlebihan untuk membeli, membaca, menyimpan, dan menggemari buku. 

Selaras dengan penelitian tersebut, Ardisa Muthia, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Arab (BSA) mengungkapkan, ia mampu membeli dua sampai lima buku dalam kurun waktu satu bulan. “Karena judulnya yang menarik, kadang kita belum selesai baca buku sebelumnya, melihat ada yang menarik jadi ingin beli lagi,” ucapnya, Selasa (10/12).

Ardisa mengungkapkan, terkadang ia membeli banyak buku dan hanya membuka kemasannya saja lalu dibiarkan menumpuk. Selanjutnya Ardisa menyampaikan, buku-buku yang tidak ia baca, hanya disimpan di lemari atau rak buku. “Sepertinya sih enggak simpan buku yang masih disegel,” katanya.

Sama halnya dengan Ardisa, Ahmad Sultan Aquilla, Mahasiswa Prodi Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) mengatakan, sebagai langkah antisipasi, ia menyediakan wadah untuk mengelola dan menyimpan buku-buku yang ia beli. “Jadi gue mempersiapkan rak yang tidak terpakai, kemudian gue isi dengan koleksi buku yang gue beli di situ,” ucapnya, Selasa (10/12).

Selanjutnya Sultan menyatakan, faktor algoritma media sosial, salah satunya TikTok, berperan dalam memengaruhi perilaku konsumtif dalam keputusan pembelian buku. Ia mengaku mampu membeli dua sampai tiga buku dalam satu bulan. “Karena sering menampilkan buku-buku menarik buat gue kan, terkadang itu bikin pengen beli buku lagi, padahal masih ada buku yang belum gue baca,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Ade Abdul Hak selaku Dosen Ilmu Perpustakaan mengungkapkan, membeli banyak buku tanpa membaca langsung dapat memberikan manfaat positif. Menurut Ade, buku-buku tersebut dapat menjadi sumber belajar yang tersedia kapan saja, memotivasi untuk memperluas wawasan, dan membentuk pemikiran kritis dan kreatif. “Manfaatnya tidak selalu langsung dirasakan. Meskipun demikian, manfaat terbesar diperoleh dengan membaca dan memahami isinya,” tulisnya via WhatsApp, Jumat (27/12).

Selanjutnya, Ade menjelaskan istilah antilibrary, sebuah konsep di mana keberadaan buku-buku yang belum dibaca sebagai pengingat akan pengetahuan yang belum dikuasai. “Ya, sering membeli buku dan memiliki koleksi yang belum dibaca dapat memicu minat baca yang lebih besar di masa depan,” tulisnya.

Ade juga mengungkapkan nilai positif bagi mereka yang antilibrary, di antaranya meningkatkan rasa ingin tahu dan membangun kebiasaan membaca. Kemudian, mempertahankan perspektif humble learning yang menyadarkan bahwa selalu ada lebih banyak yang bisa dipelajari untuk mendukung pertumbuhan intelektual. “Dengan memanfaatkan momen tertentu, koleksi ini bisa menjadi sumber belajar yang berharga,” ujarnya.

Kemudian, Ade menuturkan, memiliki banyak buku yang tidak dibaca memiliki beberapa dampak negatif, antara lain pemborosan finansial untuk buku yang tidak dimanfaatkan. Kemudian, overwhelm—kondisi kewalahan—informasi, yakni jumlah buku yang terlalu banyak menyulitkan seseorang untuk memilih mana yang akan dibaca terlebih dahulu.

Terakhir, Ade memberikan tips membuat jadwal membaca yang efektif agar buku yang sudah dibeli dapat dibaca. Pilih buku yang paling relevan atau menarik terlebih dahulu dan susun daftar berdasarkan minat atau kebutuhan. Kemudian, luangkan waktu harian atau mingguan, seperti 20–30 menit sebelum tidur atau saat pagi hari untuk membaca.

Selanjutnya, ujar Ade, gunakan metode chunking, yakni baca dalam bagian kecil, seperti satu bab per hari. Lalu, buat target realistis, yaitu selesaikan satu buku setiap dua minggu. Setelah itu, terapkan dalam rutinitas, misalnya bawa buku saat bepergian atau gunakan aplikasi e-book. Terakhir, catat proses menggunakan jurnal untuk melacak buku yang sudah dibaca.

Reporter: AA
Editor: Rizka Id’ha Nuraini

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Ketika Manusia Menentang Ajaran Agama Previous post Ketika Manusia Menentang Ajaran Agama
Pesta Demokrasi atau Pesta Oligarki? Next post Pesta Demokrasi atau Pesta Oligarki?