Korban Tak Berdaya Akibat Perundungan Dunia Maya

Korban Tak Berdaya Akibat Perundungan Dunia Maya

Read Time:1 Minute, 59 Second
Korban Tak Berdaya Akibat Perundungan Dunia Maya

Cyberbullying di media sosial pengaruhi kondisi psikologis korban. Kemudahan akses media sosial menjadi salah satu penyebab perundungan.


Perundungan siber atau cyberbullying merupakan aktivitas mengganggu, menyusahkan dan mengusik secara terus-menerus melalui media siber. Kasus cyberbullying umumnya melibatkan perilaku intimidasi, pelecehan, penghinaan maupun fitnah yang membuat korban tak berdaya. Dengan begitu, pelaku cyberbullying memanfaatkan berbagai media untuk bertindak, termasuk media sosial.

Melansir dari sindonews.com, Badan Kesehatan Dunia pada 2024 mengungkapkan, sedikitnya satu dari enam anak mengalami perundungan di dunia. Sementara, United Nations Children’s Fund (UNICEF) mencatat, sepertiga anak muda di 32 negara melaporkan alami perundungan di dunia siber atau cyberbullying.

Menanggapi hal tersebut, pakar media sosial, Rulli Nasrullah mengatakan, cyberbullying menjadi fenomena yang umum terjadi di media sosial. Menurutnya, alasan seseorang merundung di media sosial karena mudahnya membuat akun anonim— tidak beridentitas—sehingga perundung sulit terkena jeratan hukum. “Fasilitas di media siber memungkinkan siapa pun untuk mengakses akun media sosial. Hal ini bisa dilakukan karena identitas yang disembunyikan,” ujar Rulli, Senin (25/11). 

Nasya Nursya’bana, Mahasiswi Program Studi (Prodi) Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengungkapkan, pelaku perundungan harus bertanggung jawab atas rusaknya mental korban. Ia bersikeras bahwa sebanyak apapun pelaku meminta maaf, luka psikis korban tetap membekas dan menjadi trauma seumur hidup bagi mereka. 

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Fidiansyah mengungkapkan, perilaku cyberbullying berdampak buruk bagi kondisi psikologis korban. Lanjut Fidiansyah, korban cyberbullying cenderung terjadi pada orang-orang yang inferior—tidak berdaya dan merasa tak percaya diri. “Ketidakberdayaan disatukan dengan aktivitas yang membuat dia semakin tidak berdaya (perundungan), menyebabkan korban tak mampu membalas,” ujar Fidiansyah, Kamis (5/12). 

Menurut Fidiansyah, cyberbullying juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan. Jika lingkungan di sekitar pelaku menormalisasikan merundung, maka kemungkinan perundungan dilakukan kepada orang lain juga semakin tinggi. Terutama orang dengan kondisi psikologis yang rentan, Fidiansyah menganggap orang-orang tersebut perlu dukungan orang lain agar tak menyiksa diri sendiri.

Lanjut Fidiansyah, meski cyberbullying tidak melibatkan fisik, dampak psikologisnya perlahan dapat menyiksa fisik korbannya. “Korban merasa satu telah mengetahui dunia dirinya sehingga mereka tak mampu melawan. Kemudian pola tidur pun berantakan, sulit makan, yang akhirnya menyiksa pikiran dan fisik,” ujar Fidiansyah. 

Untuk menangani kasus tersebut, Fidiansyah menegaskan, pengguna gawai perlu bijak dalam beraktivitas di media sosial. Ia setuju meski tanggapan orang lain di media sosial tidak bisa dikendalikan, setidaknya perlu untuk meminimalisir hal-hal yang mengundang cyberbullying. 

Reporter: CSA
Editor: Rizka Id’ha Nuraini 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Lahan Parkir Pindah, Mahasiswa Gundah Previous post Lahan Parkir Pindah, Mahasiswa Gundah
Langkah Tegas Menumpas Doxing Next post Langkah Tegas Menumpas Doxing