Ekspedisi Medis Sang Dokter Muda

Read Time:3 Minute, 20 Second

Judul Buku       : Dokter Rakyat

Penulis             : Andre Setiawan
Tebal Halaman : 186 Halaman
Penerbit           : kompas
Tahun terbit      : 2015
Sepasang dokter berkesempatan membantu masyarakat setempat. Sebuah pengalaman menyusuri keterbatasan medis di sudut pelosok nusantara.

Tak butuh waktu lama bagi pasangan suami istri Andre Setiawan dan Miranti Iskandar,untuk menjadi peserta Pegawai Tidak Tetap (PTT) dalam kegiatan  pemerataan kesehatan di Indonesia.  Hingga  tiba waktunya, tekad baik itu langsung mereka wujudkan selepas resmi menyandang gelar dokter di Universitas Tramunagara pada 2011 silam.

Setelah melawati beberapa seleksi, Andre dan Mira resmi diterima sebagai peserta PTT. Hal itu menjadi pengalaman pertama mereka untuk satu tahun ke depan di Ibu Kota Bajawa, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Walau daerah PTT mereka jauh dari sanak keluarga, program tersebut tidak menciutkan semangat dua dokter muda ini.

Tepatnya pada 1 Oktober 2011, perjalanan pertama mereka dimulai. Sebelum adanya pengumuman daerah tempat PTT,  Andre dan istrinya pun berkeliling dan menikmati keindahan alam kota komodo, Ibu Kota Kupang.

Selepas pengumuman, berlanjut pada kegiatan pembekalan dari Dinas Kesehatan Kupang.  Mereka pun langsung turut serta ke Kabupaten Bajawa, guna penempatan di daerah setempat. Selagi  menunggu penempatan selanjutnya, kedua dokter muda ini  menghabiskan waktu untuk melakukan wisatawan di Bajawa seperti Rumah Retret Mataloko, Kampung adat Bena dan Air panas Boa.

Beberapa minggu berlalu, pasangan suami istri ini akhirnya menetap di Kecamatan Riung. Mereka menempati rumah atas nama dinas puskesmas. Karena terlihat sudah lama tidak dihuni, rumah itupun terlihat pengap dan bercampur debu pekat.

Sebagai warga pendatang baru, Andre dan istrinya langsung menemui Ketua Rukun Tetangga (RT) menjelaskan maksud kedatangannya ke daerah tersebut. Pada kesempatan itu, mereka diimbau agar berhati-hati apabila diberi makanan sama orang yang baru dikenal. Dengan alasan ada beberapa warga yang sengaja memasukan guna-guna ke dalam makanan.

Sepasang dokter ini mendapatkan  tugas di Puskesmas  Riung, yang mana ruang berobatnya sangat memprihatinkan. Di sana hanya ada satu bangunan kecil serta dilengkapitempat duduk dari semen dan kursi kayu panjang yang digunakan pasien untuk mengantre berobat. Begitupun dengan tim medis, masih sangat terbatas dengan dua perawat dan dua dokter umum.

Keadaan yang begitu memprihatikan menjadi tantangan para PTT di setiap wilayah, sama seperti Andre dan Mira. Puskesmas Riung yang hanya memilki alat-alat medis terbatas itu terpaksa menangani pasien yang kondisinya darurat dan harus segera dioperasi. Sering kali, karena tidak memadainya alat medis operasi pasien dilarikan ke rumah sakit yang jaraknya lima jam perjalanan.

Selang beberapa hari,  di suatu sore terdapat kejadian yang  merubah Puskesmas Riung. Hal tersebut terjadi saat Andre dan Mira merasa penasaran kepada  isi ruangan yang lama diasingkan. Setelah memasuki ruangan, mereka terkaget-kaget seperti halnya menemukan harta karun. Setumpuk peralatan bedah yang masih baik kualitasnya dan segala bentuk alat operasi tersusun rapi di ruangan tersebut.

Alhasil, puskesmas yang menagani hampir 11.000 orang ini memberikan perubahan yang baik. Perubahan bisa dilihat dari fasilitas yang lebih lengkap dan bertambahnya alat medis. Hasil perubahan  paling menonjol adanya poli bedah, ini menjadi hal pertama kali ada di Kabupaten Riung.

Buku berjudul Dokter Rakyat ini berisi pengalaman  dokter yang mengabdi selama satu tahun di daerah terpencil di Pulau Flores. Melihat garis besar isi buku Dokter Rakyat, mengajak kita  mengetahui hal-hal menarik apa saja yang ditemui dan dialami sang dokter selama bertugas disana.

Catatan perjalanan dokter muda ini bertujuan untuk menginspirasi para lulusan dokter agar bisa berkontribusi di program PPT. Selain untuk memberikan pengalaman kepada dokter program ini lebih bertujuan untuk meratakan sarana kesehatan di Indonesia hingga ke desa terpencil.

Buku 186 halaman ini, mencoba mendeskripsikan keseluruhan dari sarana prasana medis hingga tim medis yang terbatas. Akan tetapi buku ini masih kurang bisa menyentuh para pembaca karena tidak disertakan foto-foto daerah yang ditempati selama  PPT. Selain itu juga di antara beberapa kisah-kisah menarik tersebut terdapat beberapa kisah yang terlihat alur ceritanya kurang menarik.
Lya Syam Arif

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Antrean Panjang Menuju Loket Keluar
Next post Media Bungkam Konspirasi Gereja