Read Time:2 Minute, 2 Second
Judul Buku : Pertarungan dalam Berdemokrasi: Politik di Mesir, Turki, dan Israel
Penulis : M. Hamdan Basyar
Penerbit : UI Press
Cetakan : kesatu
Jumlah halaman : 166 halaman
Tahun terbit : Januari 2015
Pertarungan dalam berdemokrasi merupakan hal yang biasa sebagai proses pendewasaan para pelaku politik. Mesir adalah salah satunya. Runtuhnya Raja Farouk tahun 1952 yang dikudeta oleh kalangan militer membuat mereka merasa berjasa lantaran telah menjadi pelopor diterapkannya demokrasi di Mesir.
Dominasi militer di Mesir dapat dilihat dengan naiknya beberapa jenderal yang berhasil menjadi presiden, seperti Mohammad Naguib, Gamal Abdel Nasser, Anwar Sadat, dan Husni Mubarak. Kekuatan militer mulai mendominasi Mesir sejak tahun 1952 hingga 2011.
Tradisi presiden yang selalu berasal dari kalangan militer berubah, pada Juni 2012. Mursi dari kalangan sipil naik menjadi presiden Mesir dengan mendapatkan 51,7% suara. Mursi berasal dari Ikhwanul Muslimin, yaitu partai islam yang notabene tidak disukai oleh golongan lain.
Hasil ini membuat kalangan sekuler, liberal, dan militer terkejut dan tak terima atas hal tersebut. Kejadian itu melatar belakangi kudeta pasca setahun pemerintahan Mursi yang dimotori pihak militer bekerja sama dengan partai-partai nasionalis, dan liberalis. Mereka tidak suka melihat partai islam menguasai Mesir. Setelah kudeta tahun 2013, Al-Sisi dari kalangan militer naik menggantikan Mursi.
Penerapan demokrasi di Turki tidak jauh berbeda dengan Mesir yaitu keberadaan militer juga menjadi masalah serius bagi para pelaku politik Turki. Kalangan militer memiliki prinsip untuk menjaga paham sekuler yang ia anut. Kalangan militer membatasi pergerakan umat islam dan ingin mengubah paham negara menjadi negara sekuler. Padahal, Turki adalah sebuah negara mayoritas islam.
Berbeda dengan Mesir dan Turki, demokrasi di Israel tidak didominasi kalangan militer. Akan tetapi kalangan partai agama fundamentalis (Haredim) dan nasionalis Yahudi (Zionis) menjadi dua kekuatan besar dalam pemilihan umum anggota parlemen (Knesset). Sementara itu, golongan minoritas, seperti Arab Israel tidak mampu bersaing dalam pemilihan umum karena. Orang Arab Israel terpecah dalam beberapa partai dan mereka turut bersaing dalam pemilihan umum.
Buku ini merupakan buku yang sangat tepat bagi pembaca yang menyukai politik Timur Tengah karena jumlah halamannya tidak terlalu banyak sehingga pembaca bisa memahaminya dengan waktu yang tidak lama. Berbicara tentang dinamika politik timur, M. Hamdan Basyar sangat tepat memilih sampel Mesir, Turki dan Israel. Tiga negara tersebut sudah merepresentasikan kondisi demokrasi di Timur Tengah.
FFA
Happy
0
0 %
Sad
0
0 %
Excited
0
0 %
Sleepy
0
0 %
Angry
0
0 %
Surprise
0
0 %
Average Rating