Read Time:3 Minute, 4 Second
Judul : Penjara-Penjara Kehidupan
Penulis : Qumaruddin Hidayat
Tebal Halaman : 278 Halaman
Terbit : Cetakkan II, Juni 2016
Kehidupan menawarkan berbagai pilihan untuk dijalani, namun kehidupan yang ideal tentu menjadi impian semua orang. Mereka semua berlomba-lomba mendapatkan kenyamanan, kesejahteraan, dan keamanan dalam kehidupannya. Baik itu berupa harta benda, maupun kenikmatan batin seperti kehidupan yang damai dalam suatu kelompok masyarakat sebuah negara. Namun di sisi lain, banyak diantara mereka justru terjatuh dalam jebakan kehidupan yang dinamakan blind spot, titik hitam yang akan memperkelam kehidupan.
Blind spot tersebut dapat diistilahkan sebagai jebakan kehidupan, di mana menawarkan sebuah kenikmatan namun mematikan. Karena itu, banyak orang yang tidak waspada dan lalai dengan kehidupannya terperangkap dalam jebakan tersebut. Sebagai contoh mereka yang mengkonsumsi narkoba, orang-orang yang mengkonsumsi narkoba akan merasakan kenikmatan pada dirinya. Namun kenikmatan itu sejatinya hanyalah tipuan, karena berdampak pada kematian.
Untuk mencapai kehidupan bermakna dan benar, perlu melewati jembatan panjang kehidupan. Sebagaimana jika ingin menikmati daging kelapa, mesti memecahkan dulu batoknya yang keras. Jika ingin berburu tambang emas atau minyak dalam perut bumi, mesti melewati dulu bebatuan yang menutupinya. (hal. 2)
Pernyataan-pernyataan tersebut diungkapkan Qomaruddin Hidayat dalam bukunya yang berjudul “Penjara-Penjara Kehidupan.” Sebuah buku yang menceritakan rekaman peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di sekitar kita, bersifat kritis-reflektif dari berbagai fenomena sosial. Termasuk di dalamnya membahas perkembangan teknologi komunikasi dan informasi pada kehidupan sosial. Di mana setiap hari, penguna Facebook, Twitter, dan media komunikasi lain berbasis internet terus bertambah. (hal. 58)
Qomaruddin juga membahas dampak dari teknologi internet, di mana menjadikan banyak orang terpenjara oleh derasnya informasi, tanpa bisa dibendung lagi. Namun sebagian besar informasi yang mengalir dalam pikiran kita hanyalah sampah beracun. Informasi yang menjadikan orang lupa dengan dirinya sendiri, bahkan menjauhkan mereka dari naluri kemanusiaan.
Terlepas dari berbagai persoalan kehidupan, sejatinya Tuhan menciptakan kehidupan sebagai anugrah bagi semua insan. Tergantung bagaimana kita menjalankan kehidupan ini, jangan sampai salah melangah hingga fatal akibatnya. Dalam konteks ini, Komaruddin menegaskan bahwa perjuangan yang paling utama adalah perjuangan untuk hidup yang lebih baik. Sebuah kehidupan yang sejahtera dan damai, sebagai rasa syukur dan tanggung jawab atas anugrah kehidupan Tuhan.
Jika semua orang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mengubah kehidupannya agar lebih baik, maka peradaban dalam negaranya pun akan membaik. Karena kehidupan individu dan kelompok dalam suatu negara juga mencerminkan bagaimana kondisi negera tersebut. Permasalahan-permasalahan besar dalam suatu negera bermula dari individu yang berada di negara tersebut. Baik itu rakyat maupun pemimpin mempunyai peranan yang sama dalam memajukan kehidupan suatu negara. Masyarakat dan pemimpin yang tidak berkualitas akan menghancurkan negara itu sendiri.
Namun kenyataan dilapangan, masyarakat sekarang ini merasa sulit menunjuk politikus yang bisa dijadikan suri teladan, baik secara moral maupun intelektual. Dahulu para aktivis dan pejuang politik adalah juga pecinta ilmu. Mereka rata-rata pecinta buku sehingga luas wawasannya. (hal. 186)
Dalam buku setebal 278 halaman ini, penulis mengungkapkan berbagai fenomena sosial dan kehidupan bernegara dalam sudut pandang pengalamannya. Buku ini sangat diperuntukan bagi mereka yang ingin mengasah kearifan jiwa dan raga dalam menjalani kehidpan ini. Pemahaman kehidupan berbangsa dan bernegara juga terungkap dalam buku ini. Namun di sisi lain dalam penulisannya, satu judul dengan judul yang lainnya dalam buku tersebut kurang padu.
MRIM
Average Rating