Read Time:2 Minute, 18 Second
JuduL buku : Bangsa Yang Belum Selesai
Penulis : Max Lane
Penerbit : Reform Institue
Tahun terbit : 2007
Jumlah halaman :339
Menjadi sosok yang dikenal akan kediktatorannya membuat Soeharto tak bisa dilepaskan dari sejarah kelamnya bangsa Indonesia. Salah satu hal yang paling diingat dari masa kekuasaan Soeharto yaitu larangan berpendapat. Pada saat itu suara rakyat seolah dibungkam oleh ketakutan, media massa yang memberitakan terkait pemerintahan dibredel, tulisan-tulisan Soekarno pun dilarang keras beredar.
Segala gerakan yang berbau ajakan melawan negara tidak diizinkan pada masa itu. Masa kejayaan Soeharto pun akhirnya diruntuhkan oleh kelompok politik serta gerakan mahasiswa yang turun ke jalan hingga pemogokan buruh pabrik. Ketika periode kediktatoran berakhir, dimulailah kampanye reformasi yang menggencarkan kebebasan berpendapat.
“Lalu bagaimana kelanjutan bangsa ini setelah kediktatoran berakhir?”. Bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi lebih baik justru hanya menjadi impian belaka. Walaupun orde baru telah dialihkan ke masa reformasi, namun pemberontakan masih sering dijumpai. Beberapa pejabat yang dulunya dianggap korupsi saat menjabat di masa pemerintahan Soeharto dipaksa turun dari jabatannya. Pemaksaan pengunduran Bupati Langkat Sumatera Utara, Sekretaris Wilayah Derah Lampung, Bupati Banten, Bupati Maros Sulawesi Selatan dan masih banyak contoh kasus serupa menjadi bukti bangsa ini belum selesai.
Bangsa yang belum selesai merupakan bukan sekadar istilah. Bangsa memang telah merdeka dari otoritas pemerintah, namun masih menyimpan pelbagai persoalan. Korupsi, kolusi, dan nepotisme warisan Orde Baru masih mengakar kuat di dalam bangsa Indonesia. Terlebih dalam pelaksanaan demokrasi masih terdapat banyak kecacatan, seperti kecurangan dalam Pemilu 2004.
Perkembangan bentuk politiksi massa menjadi tantangan bukan saja pada kekuasaan diktator tapi juga pada struktur konta-revolusi. Secara bertahap elit politik termobilisasi untuk mencoba menyelamatkan sistem. Pada tahun 1997, krisis yang telah begitu nyata bukan semata krisi rezim, atau krisis kekuasaan Soeharto, melainkan krisis sistem secara keseluruhan.
Pada intinya yaitu sejarah besar mungkin saja masih akan terjadi di Indonesia. Terpenting adalah bagaimana kita mengenali dan mempersiapkan diri dalam menghadapi sejarah besar yang akan berlangsung.
Buku yang mengisahkan Indonesia sebelum dan sesudah masa pemerintahan Soeharto ini merupakan cerita lain dari jatuhnya rezim otoritarian. Max Lane menuliskan beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab sendiri. Persoalannya, sering kali kita terjebak dalam mencari kebenaran sebuah sejarah.
Cerita mana yang benar adalah pertanyaan yang mungkin tidak bisa dijawab oleh sejarawan. Namun, ada buku ini kita akan akan diulik sedikit demi sedikit mengenai pertanyaan tersebut. Susut padang Max Lane memang sangat berbeda dibandingkan kaum akademisi maupun kaum indonesianis. Begitu juga narasinya yang sepintas cukup berbeda dibandingkan karya-karya akademisi mengenai sejarah kontemporer Indonesia.
Akan tetapi, kekurangan dari buku ini ternyata telah dipahami terlebih dahulu oleh Max Lane. Beberapa pertanyaan mengenai sejarah pada masa otoritas tidak akan dituntas oleh Lane. Sejarah masa depan tidak mungkin persis sebagaimana yang kita angankan sekarang. Yang dia tuliskan cukup dengan menggeledah masa lalu, guna menemui indikasi-indikasi apa yang terabaikan dan apa dampak terhadap gerakan sejarah indonesia selanjutnya.
NF
Average Rating