MAF
Read Time:2 Minute, 59 Second
Judul : Lelaki Yang Tak Berhenti Menangis
Jumlah halaman : 112 halaman
Tahun terbit : 2019
Pengarang : Rusdi Mathari
Kehidupan yang penuh dengan kedengkian, fanatisme terhadap agama yang berlebihan, dan merajalela-nya ujaran kebencian merefleksikan keadaan masyarakat Indonesia di masa sekarang. Indonesia menjadi rumah bagi banyak umat beragama, masyarakatnya pun hidup ber-bhinneka, namun kebhinnekaan tersebut terkadang menimbulkan berbagai problema. Bahkan, sekalipun Muslim adalah penghuni mayoritasnya, namun tak jarang terjadi perseteruan antar sesama mereka.
Ajaran agama yang harusnya menjadi pedoman bagi keberlangsungan hidup seorang manusia, terkadang malah dijadikan alat sekadar untuk memenuhi tuntutan hawa nafsunya. Agama terkadang dijadikan kedok untuk meraih kekuasaan, agama juga dijadikan alat untuk saling menyalahkan, lalu agama juga terkadang dijadikan senjata untuk saling mengkafir-kafirkan.
Intoleransi bukan hanya sekadar masalah yang ingin dibahas pada buku Laki-laki Yang Tak Berhenti Menangis, ada banyak sekali permasalahan terkait umat beragama di Indonesia. Tidak hanya masalah Intoleransi, buku ini juga mengupas berbagai pemahaman mengenai Islam yang rahmatanlilalamin, santun, tidak radikal, dan lembut.
Dalam buku ini juga terdapat beberapa pesan tersirat yang ingin disampaikan Sang Penulis Rusdi Mathari (Cak Rusdi). Beberapa pesan ada yang ditujukan kepada orang-orang yang mengenalnya. Pesan-pesan yang barangkali tidak disadari tersebut adalah salah satu dari tulisan perpisahan dirinya untuk para pembacanya. Cak Rusdi telah menduga bahwa beliau tidak lama lagi akan pergi meninggalkan dunia ini.
Islam di masa sekarang sering kali disampaikan dengan nada-nada kelewat keras yang terkesan menakutkan. Masyarakat Indonesia juga memiliki kebiasaan “menuhankan” ormas yang dianutnya, hal itulah yang menjadi keresahan hati Cak Rusdi. Buku yang berisi kisah-kisah Islami ini merefleksikan sebuah pemahaman yang seharusnya dimiliki oleh manusia khususnya umat beragama. Pasalnya, terlalu fanatik dalam beragama terkadang membuat diri lupa menjadi manusia.
Dalam bab “Bidah”, Cak Rusdi menyatakan dalam tulisannya tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim menyikapi masalah bidah. Dijelaskan bahwa tidak boleh lekas menghukumkan sesuatu kepada orang lain yang berbeda keyakinan. Cak Rusdi juga menegaskan bahwa beragama itu ditujukan untuk kemanusiaan. Urusan akidah adalah urusan masing-masing individu, tetapi urusan berhubungan baik dengan sesama manusia adalah urusan bersama.
Lelaki Yang Tak Berhenti Menangis mengajarkan bahwa dengan beragama seharusnya menjadikan seseorang lebih punya rasa kemanusiaan, bukan malah menjadikan dirinya merasa paling benar pemahamannya. Beberapa kisah yang tersaji di dalamnya memiliki banyak makna tersirat yang menjadi sebuah renungan, dan mengajak para pembaca untuk berserah diri kepada Sang Maha Kuasa.
Kisah-kisah di dalam buku ini mungkin terkesan membosankan bagi sebagian orang, karena kisah-kisahnya banyak yang bersumber dari kitab-kitab klasik dan kisah-kisah zaman dahulu. Namun dengan segudang pengalaman dan perenungan yang dalam, Cak Rusdi mengangkat kembali cerita-cerita itu dengan wadah yang lebih segar dan kontekstual dengan permasalahan umat saat ini.
Buku Laki-laki Yang Tak Berhenti Menangisadalah karya terakhir dari Rusdi Mathari. Beliau adalah mantan wartawan senior yang sudah lama malang melintang di dunia jurnalis. Buku terbitan tahun 2019 ini bisa dikatakan sebagai “pesan kematian” sang penulis. Rusdi Mathari wafat pada 2 Maret 2018 karena kanker. Sebelumnya ia telah menerbitkan beberapa karya seperti Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan, Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam, dan Seperti Roda Berputar.
Average Rating