Perang Total Bakunin Melawan Persekutuan Agama dan Negara

Perang Total Bakunin Melawan Persekutuan Agama dan Negara

Read Time:4 Minute, 33 Second

Oleh: M. Alfaridzi & Safrianto
Surau Tuo Institute Yogyakarta
 Perang Total Bakunin Melawan Persekutuan Agama dan Negara

Judul buku                     : Tuhan dan Negara
Nama pegarang           : Mikhai Bakunin
Nama penerbit              : Parabel              
Ketebalan Buku             : 179 halaman
Edisi Pertama                : Juli 2017
Nomor edisi                  : ISBN978-602-61719-0-0
Permasalahan kemanusiaan yang dihadapi dari zaman ke zaman adalah bagaimana cara mengatur  tatanan kehidupan dan siapa yang berperan dalam menata kehidupan tersebut. Kita sering menjadikan agama dan negara sebagai tolak ukur tatanan kehidupan. Agama adalah sistem terpadu, terdiri dari kepercayaan, dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal suci. Sedangkan negara adalah suatu wilayah yang memiliki aturan bertingkah laku masyarakat yang tinggal di dalamnya. Meskipun keduanya acap dijadikan tolak ukur, tak jarang dari keduanyalah, pertentangan dalam kehidupan terjadi.
Pada dasarnya agama menganjuran kemaslahatan dan tidak menyusahkan orang lain. Agama memberikan pesan untuk meningkatkan nilai kemanusiaan seseorang, dengan adanya perintah dan larangan. Agama dan negara, pada prinsipnnya, memiliki kesamaan tujuan dalam meningkatkan nilai kemanusiaan.
Pertemuan agama dan negara kadang tak selalu baik.  Kita dapat belajar dari pengalaman sejarah pada abad XVIII di Rusia. Pada saat itu, agama dan negara selalu sejalan. Tetapi sejalannya agama dan negara pada masa itu, menjadi ancaman bagi umat manusia. Kaum agamawan seringkali menggunakan dalih tuhan untuk memaksa manusia menjalani kebijakan yang dilahirkan para politisi. Tak jarang, agamawan dan politisi kongkalikong dalam menerapkan hukuman.
Dalam membongkar hubungan picik antara dua golongan tersebut, Mikhail Bakunin adalah tokoh terdepan. Bakunin adalah seorang anarkis revolusioner Rusia. Ia adalah seorang Aktivis yang berpengaruh, sekaligus pendiri filsafat anarkisme. Aktivitas Bakunin membuatnya menjadi seorang ideolog paling terkenal di Eropa ketika itu.
Kisah heraoisme tokoh ini berawal dari pelariannya ke Eropa Barat karena aksi protesnya pada Tzar Russia. Ia tetap melakukan protes dan perlawanan kepada pemerintah di tempat pelarian itu. Meski memiliki tujuan perlawanan yang sama dengan Karl Marx, Bakunin berbeda dengan tokoh komunis itu. Filsafat anarkismenya memiliki keunikan dalam aksi-aksinya.
 
Kongkalikong Agama dan Negara
Bakunin mengkritisi padangan umum penciptaan umat manusia. Pandangan umum penciptaan mengindikasikan tuhan yang kesepiaan.  Pandangan umum penciptaan manusia, dalam pandangan Bakunin, mengarah pada rencana tuhan yang menciptakan manusia untuk menjadi budak, ketika manusia tidak diizinkan mendekati pohon larangan, yang menjadi sebab hadirnya manusia di bumi.
Larangan tuhan untuk tidak memakan buah pohon larangan, berarti penjauhan manusia dari pengetahuan. Demikian membuat manusia selalu miskin ilmu, tunduk, dan patuh kepada Tuhan. Kemudian munculah pemberontakan manusia, dengan memakan buah pengetahuan. Pemberontakan tersebut adalah upaya berpikir pertama umat manusia. Cara berpikir di atas berbeda dengan pandangan umum ketika itu, yang mengatakan penciptaan manusia adalah keadilan tuhan.
Cara berpikir kebanyakan tersebut, menurut Bakunin, adalah salah satu upaya agamawan membodohi manusia demi kepentingan mereka.  Seiring itu pula, Bakunin mengkritisi negara. Pengalaman sejarah menunjukkan, para penguasa agama  dan negara sering kali memanfaatkan kekuasaannya untuk memperbudak dan menipu masyarakat. Para agamawan dan pemerintah terus menanamkan keyakinan-keyakinan mereka kepada masyarakat, sehingga terbangun nilai-nilai yang melemahkan akal sehat. Pikiran masyarakat terkekang oleh keyakinan agamawan dan penguasa negara.
Dalam buku Tuhan dan Negara, Bakunin menolak segala bentuk otoritas dan penindasan. Bakunin mengkritisi agama dan negara yang menjadi penyiksa, penindas, dan pengeksploitasi umat manusia. Bakunin melihat, negara menjadi instrumen oleh segelintir orang yang berkuasa, untuk memanfaatkan mayoritas rakyat. Dalam memanfaatkan rakyat, tak jarang agama menjadi sekutu.  Agama menjadikan penghambaan umat manusia kepada Tuhan sebagai bentuk penundukan
Bakunin Membongkar Persekutuan Agama dan Negara
Bakunin menyatakan perang total melawan agama dan negara. Bakunin menyerukan, jika manusia ingin merdeka, mereka harus melepaskan kekang penindasan ganda dari otoritas spiritual (agama) dan negara. Dalam melaksanakan tugas ini, manusia harus memanfaatkan dua kualitas berharga yang telah diberikan kepada mereka, yaitu, kekuatan untuk 1) berpikir, dan 2) pemberontakan. Kedua kualitas itu yang harus diarahkan untuk melawan Tuhan dan Negara. Ketika mereka telah mengarahkannya pada pemberontakan,maka muncullah Eden(surga) baru bagi umat manusia. Surga dalam era kebebasan dan kebahagiaan.
Lebih lanjut, dalam buku Tuhan dan Negara ini Bakunin menunjukkan tiga jalan keluar manusia dari kongkalikong yang merusak kesenjangan sosial yaitu 1) gereja, 2) bar, dan 3) revolusi sosial. Dua yang pertama bersifat fantasi dan yang terakhir bersifat rill. Melalui Gereja dan Bar manusia dapat menghilangkan kesenjangan sosial mereka.Bakunin lebih memilih cara yang ketiga sebagai jalan keluar dari kongkalikong agamawan dan politisi negara.
Revolusi sosial adalah suatu cara yang ampuh untuk keluar dari kepercayaan agama yang menindas. Melalui revolusi sosial, dua jalan keluar lain yang bersifat fantasi dapat dihilangkan. Revolusi sosial membuat masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak memiliki kepercayaan pada tuhan yang memperbudak manusia. Maka tak heran, Bakunin dikenal dengan selogannya yang khas, “Jika Tuhan ada, maka manusia adalah budak. Artinya, jika manusia ingin bebas, maka Tuhan tidak boleh ada.” Tidak boleh lagi ada “tuhan yang memperbudak.”
Seiring itu, Bakunin berkeinginan mewujudkan konsep liberty, yang menjunjung tinggi kebebasan sosial. Liberty berarti setiap orang mempunyai hak asasi yang sama dan terlibat dalam proses produksi yang sama. Liberty berkonsekuensi pada akses yang sama pada semua fasilitas pendidikan, pelayanan, dan lain-lain. Liberty adalah perlawanan atas segala bentuk otoritas yang dimiliki oleh segelintir orang.

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Ajang Kompeten Bahasa Arab Previous post Ajang Kompeten Bahasa Arab
Plastik Menggunung Ancam Biota Laut Next post Plastik Menggunung Ancam Biota Laut